Dalam remang kutersandar dalam lelehan angin yang sempat membeku.
Mengalir merasuk dalam telinga yang berdebu.
Tak sempat merasakan sayup-sayup begenderang.
Namun, tahta awan semakin bergejolak di singgasananya hingga angin tak sanggup mengutarakan apa yang dirasakan saat ini.
Dalam remang kutersandar dalam lelehan rembulan yang benderang.
Cahyanya berpendar-pendar bak kunang-kunang.
Namun, bola mataku tak mampu menangkap terangnya sinar itu. Terlalu benderang, sangat menyilaukan.
Dalam remang kutersandar di bebatuan tua.
Terlihat di sana sosok mutiara
mempesona
Jantungku berdetak lebih kencang...
Aku tak mampu menahan...
0 comments:
Post a Comment