Labels: ,

Ramadhan Pertamaku (Versi 1433 H)

Kubuka lembaran baru dalam diaryku. Penaku seakan tak sabar untuk menari-nari di atasnya mencurahkan segala keluh kesah yang dirasakan.

Awal ramadhan, kuniatkan untuk lebih baik dari ramadhanku yang lalu. Aku bertekad untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Saat ini kurasakan perbedaan yang mencolok, sangat mencolok.

Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan ampunan. Bulan di mana pintu neraka ditutup serapat-rapatnya, pintu surga dibuka selebar-lebarnya dan insan yang beriman pun berlomba-lomba untuk mencari ridho dari Sang Illahi. Begitu juga denganku, aku berusaha berada dalam barisan itu, mengikuti dan menghayati. Namun, ada satu hal yang mengganjal hatiku.

Ketika kumulai membuka lembaran demi lembaran kertas Al-Qur'an, aku teringat akan masa kecilku. Masa kecil yang penuh dengan keceriaan apalagi ketika berada di suasana bulan ramadhan. Waktu di mana kurasakan sebuah kebersamaan dan yang tak bisa kudapatkan saat ini.
Sekarang terlalu banyak perbedaan dan perdebatan hingga membuatku takut. Dahulu, banyak remaja tadarus di masjid depan rumahku hingga larut malam. Mereka tekun, sungguh dan damai. Namun sekarang? Tak kulihat semua itu di sini. Aku kesepian. Hingga kuputuskan tadarus di kamar saja.

Ditambah lagi, TPA yang jalannya hanya sekedarnya saja. Dahulu ketika aku kecil, TPA-nya sangat maju. Bahkan ketika aku masih kelas 3 SD, saya sudah bisa lancar membaca Al-Qur'an. Sekarang? Baca Iqro' satu untuk kelas 6 SD belum tentu bisa. Siapa yang patut dipersalahkan? Anak-anaknya? Orangtuanya? Rismanya? Atau aku sendiri yang salah, yang tak pernah peduli dengan kondisi mereka karena sibuk dengan urusan diri-sendiri? Astaghfirulloh. Lalu harus bagaimana? Sedang aku tak mungin masuk dalam barisan itu, mereka telah menganggapku berbeda. Berbeda pemahaman, hingga menjauhiku. Apakah harus seperti ini? Apakah sebuah perbedaan harus dijadikan alasan? Bukankah untuk mencetak suatu generasi maju dan Islam yang kuat, remajanya harus bersatu, tak peduli ada perbedaan? Toh Indonesia yang beraneka ragam suku bangsa pun bisa bersatu dan bekerja sama.

Ketar-ketir hatiku merenungi dan memikirkan semua itu. Jangan-jangan ini salahku sendiri. Titik-titik bening, kini telah membanjiri mataku. Apa yang harus aku lakukan untuk memulai perubahan yang lebih baik?

Semoga ramadhan kali ini menjadi titik tolakku untuk memulai semua.
Selamat menunaikan ibadah puasa!
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh!

0 comments:

 
Lautan Tintaku © 2012 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters