Senyum Itu Tangisku

Riak-riak sungai memecahkan keheningan dalam hidupku namun tak cukup kuat untuk meramaikan hatiku. Aku terus menunggu dalam sepi. Berdiri sendiri di pojok hati yang merintih. Meski kini kau lihat aku ceria, tersenyum namun hakikatnya aku tersenyum dalam duka dan lara. Aku tak mau kau tahu bahwa dadaku merintih menggebu-gebu penuh duri. Sakiiiiiiiiiiit, berdarah-darah dan kini mulai membengkak karena tiada obat seperti layaknya betadin yang dapat mengobati. Luka itu kini sudah infeksi. Parah dan payah. Kau tak tahu kan? Ya, pasti kau tak akan pernah tahu dan kau pasti juga tak pernah mau tahu. 
Kau bilang kau sahabat. Kau bilang kita teman, yang bisa jadi tambatan. Kau bilang, kau sayang. Namun nyatanya apa? Kau belah dadaku, kau keluarkan hatiku, dan kau iris-iris lalu kau makan mentah-mentah. Kenapa kau ini? Apakah ini wujud rasa sayangmu? Kenapa kau pergi setelah kau koyak-koyak hatiku dan kau makan bagai kanibal? Apa ini wujud rasa persahabatan? Ini? Ini?
Kini mungkin aku masih bisa tersenyum di balik luka itu, di balik tangis itu. Kau tahu? Airmataku telah terkuras kala itu. Hingga kini...kering kerontang.

Senyum itu adalah tangisku.

2 comments:

khoirina said...

Menangis memang bukan sebuah solusi,tapi bagi sebagian perempuan, menangis merupakan sebuah wujud pelampiasan guna memeperoleh kelegaan hati.
Menangislah, dan Allah SWT pasti melihat tangismu.^_^

Novitasari Mustaqimatul Haliyah_DanZ said...

Terima kasih mbak Khoirina... ^_^

 
Lautan Tintaku © 2012 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters