Ketika hati mencintai namun jiwa dan raga tak sampai, akan terbersit sebuah rasa yang tak dapat diungkapkan. Rasa yang bergelora bagai lautan api yang membara, tiada habis-habisnya membakar apa saja yang ada di sekitarnya. Semua dilahap habis tak bersisa. Namun semua itu hanyalah pelampiasan saja. Ya, hanya sebuah pelampiasan yang tak kunjung reda.
Ketika hati mencintai dan ingin memiliki, namun tangan tak sampai? Padahal segala daya telah dikerahkan. Segala upaya telah dilakukan. Namun, semua itu terasa sia-sia sebab mungkin memang bukan takdirnya itu menjadi milik kita. Lantas, harus bagaimanakah kita? Kata salah satu sahabatku adalah "bersabarlah". Ya, dia benar. "Bersabar". Sabar adalah kuncinya. Bersabarlah kawan! Mungkin Allah akan memberikan sesuatu yang jauh lebih baik lagi. Tapi, kesabaran tak hanya diam, duduk menunggu. Bukan kesabaran yang seperti itu yang dimaksud. Kesabaran itu adalah sebuah penerimaan, namun kita harus tetap berusaha mencapai sesuatu yang lebih baik, tidak hanya menunggu dan berpangku tangan. Katanya ingin menembus batas?
Batas apa yang ingin kau tembus? Batas langit? Batas bumi? Batas hijab? Batas kalbumu? Itu semua terserah padamu. Menembus batas adalah suatu cita-cita. Menembus batas sama saja meraih apa yang kita inginkan. Menembus batas fatamorgana misalnya. Seperti halnya mimpi di padang pasir, membayangkan setetes air sekedar membasahi kerongkongan yang kering. Fatamorgana, bukan? Namun itu semua akan menjadi nyata bila kita mampu menembus batas.
0 comments:
Post a Comment