“Wiew-wiew-wiew-wiew (suara
ambulance)”
Suara apakah itu???
Iya benar sekali… Itu adalah
suara sirine ambulance. Wah ambulance? Sebuah ambulance membawa seorang anak kecil? Ada
apa gerangan ya?
Wah gawat. Pasti ada sesuatu.
Kita selidiki yuuuk kenapa kok ada mobil ambulance!
Yuuuk, simak cerita berikut
ini!
-o-
Pada suatu hari di negeri Sulu
ada seorang raja, namanya Raja Babil. Raja Babil mendapat julukan sang Maharaja
Penyakit. Raja Babil mempunyai cita-cita untuk menguasai dunia dengan
menyebarkan berbagai macam penyakit. Untuk mencapai cita-citanya ia gigih
menyuruh seluruh pasukan kuman, pasukan virus, dan pasukan bakteri untuk
menyebar keseluruh penjuru dunia.
Suatu ketika Raja Babil
menyuruh jenderal kuman, jenderal virus, dan jenderal bakteri untuk
menghadapnya.
Jenderal kuman, virus, dan
bakteri menghormat dengan menunduk.
“Jendrel Kuman!” panggil Raja
Babil.
“Siap”
“Jenderal virus.”
“Siap”
“Jenderal bakteri”
“Siap”
Raja Babil mondar-mandir,
sambil mengelus-ngelus jenggotnya yang tidak tumbuh.
“Kalian ingat cita-cita kita?”
tanya Raja Babil.
“Ingat, Raja.”
“Siapkan pasukan segera!”
perintah Sang Maharaja Penyakit.
“Siap Raja, telah saya siapkan
ribuan pasukan kuman, jutaan pasukan virus, dan jutaan pasukan bakteri untuk
membuat anak-anak di kota Solo sakit gigi, sakit perut, pilek, demam berdarah,
kudisan, kurapan, dan lain-lain, “ jawab jenderal kuman.
“Hahahahahahahahaha,
bagus-bagus. Naiklah ke moncong-moncong nyamuk, kaki-kaki lalat, telur-telur
cacing, dan tangan-tangan yang tidak dicuci sebelum makan, kaki-kaki yang tidak
dicuci sebelum tidur, rambut yang tidak dikeramas, badan-badan yang tidak
mandi.”
“Baik raja.”
“Tunggu apa lagi??? Cepat
laksanakaaaaaaaaan!” perintah Raja
-o-
“Wiew-wiew-wiew,
rek-herek-herek-hereeek,” suara halikopter jenderal kuman, virus dan bakteri
yang sedang mengamati anak-anak di kota Solo.
Mereka menggeleng-geleng. Lalu
mereka melapor pada sang Maharaja Penyakit.
“Lapor Raja! Kami gagal
melaksanakannya.”
“Kenapa bisa gagal?”
“Anak-anak di kota Solo
menjaga kebersihan dan menjaga kesehatan mereka sendiri. Mereka mengepel
lantai, rajin gosok gigi, rajin memotong kuku, tidak lupa mandi dan keramas,
mereka juga menggunakan sabun antiseptic.”
“Antiseptik? Apa itu?”
“Raja belum tahu?”
“Belum”
“Ha ha ha ha, Raja katrok!
Uups… maaf Raja keceplosan.”
Wajah Raja garang.
Tiba-tiba muncul seorang
penjaga istana yang lari terengah-engah dengan sangat gembira.
“Raja! Raja! Raja! Ternyata
kota Solo Banjir. Ribuan sampah berserakan di mana-mana,” lapor penjaga istana
raja.
“Sungguh? HA HA HA HA,
Bagus-bagus-bagus,” wajah licik Raja.
“Saya tadi juga meneropong,
ada anak laki-laki sedang main air comberan banjir di sana.”
“Hahahaha, bagus sekali.
Kesempatan emas. Jenderal kuman, virus, bakteri, kembali siapkan pasukan
kalian! Kali ini tidak boleh gagal!”
-o-
Mereka pun mulai menyiapkan
ribuan bahkan jutaan pasukan sumber penyakit, menyerbu kota solo yang sedang
kebanjiran.
Di sana ada anak kecil namanya
Bandi. Bandi adalah anak bandel. Ayahnya sudah memperingatkannya supaya tidak
main air comberan yang kotor nanti diare, tetapi ia nekat.
“Ban, Bandi! Jangan main-main
air kotor, nanti kamu diare,” nasihat ayah Bandi.
“Ah, bapak! Menganggu
kesenangan Bandi saja. Bandi kan sedang asyik, Pak! Liat nich kapal laut terbang
Bandi…. Ciiiuuuuuuuuuuuuuuuu….hebat kan, Pak?”
“Ayo cepat mandi dengan air
bersih!”
“Nanti saja, Pak!”
Keesokan harinya.
“Breeet, breeet,,,, eeeekkkh.
Breeet… eeekh, aduuuh mencret lagi. Pasti gara-gara mainan air comberan
kemarin. Aduuuuuuuuuuh. Haaah.” (keluar dari WC)
“Aduuuuh,” (masuk WC lagi)
“Breeet…breeeet…duuuuut!
Haaah…” (keluar WC)
“Aduuuh”
“Ban, kamu kenapa?”
“Diare, Pak”
“Wieew-wiwweew-wiieeew”
0 comments:
Post a Comment