Labels:

Sahabat Darah

Ia lekat dan akrab dengan darah. Mereka bersahabat sejak bayi masih berbentuk janin. Mereka selalu bersama dan tak dapat dipisahkan. Kalau yang satu sakit maka yang lan akan merasakan sakitnya. Kini, ia telah rapuh tak berdaya. Darah pun sangat bersedih karena teman yang selama ini ia andalkan telah rusak. 

Darah, sabarkanlah dirimu! Bahwa sejatinya pun aku juga merana karena sahabatmu terluka parah.
Darah, janganlah engkau menangis! Karena airmataku pun telah kering kerontang.
Darah, jangan bersedih! Karena aku.... aku....tak sanggup lagi...

Tapi Darah...
Janganlah engkau berhenti beraktivitas!
Tidakkah kau tahu hidupku sangat bergantung padamu saat ini?
Sahabatmu sudah tidak bisa diandalkan
Tanpamu... aku akan terdiam
tanpamu...hidupku beku
dan tanpamu dunia kan gelap gulita

:
Menggigil aku dibuatnya. Tak kuasa aku menahan semuanya. Sakiiiit yang mendalam. Aku tak bisa membendung lagi bulir-bulir bening yang ingin menetes ini. Aku tak sanggup. Tubuhku sudah tidak berdaya lagi. Aku menyerah.

"Ya Allah, ampunilah dosa-dosa hambaMu ini. Jika kata "menyerah" tidak kau sukai. Aku tidak ingin menyerah, namun keadaan membuatku menyerah. Apakah hati, jiwaku terlalu rapuh akan semua godaan? Ya Allah...ampunilah dosa hambaMu ini. Jika selama hidupku selalu melalaikanMu."



0 comments:

 
Lautan Tintaku © 2012 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters