“Wah, Alhamdulillah sekarang pakai
jilbab, tambah cantik, dech,” puji Rani pada Rara.
“Terpaksa, Ran,” ungkap Rara jujur,
bibirnya manyum, tidak terima.
“Kok terpaksa?” tanya Rani kemudian.
“Tuh, guru agama memaksa buat pakai jilbab.
Guru agamaku mengancam kalau tidak pakai jilbab tidak akan lulus. Huft, tidak
adil,” tutur Rara menggebu penuh emosi.
Rani hanya tersenyum kecut saja
mendengar penuturan dari teman se-fakultasnya itu.
Jilbab,
mengenakan jilbab adalah wajib bagi muslimah yang sudah baligh. Seorang
muslimah yang sudah baligh diwajibkan menutupi seluruh tubuhnya karena wanita
merupakan perhiasan dan dilarang menampakkan perhiasan kecuali yang sudah
sering nampak seperti telapak tangan dan wajah.
Kisah
di atas merupakan sebuah kisah yang diambil atau diadopsi dari kisah nyata. Ada
unsur “paksaan” dalam memakai sebuah hijab/jilbab. Mahasiswi-mahasiswi muslim
disuruh memakai jilbab oleh dosennya dan mereka menuruti hal itu. Namun,
sayangnya hal itu berlaku sementara saja. Mahasiswi-mahasiswi itu mengenakan
jilbabnya pada saat pelajaran agama saja, selanjutnya mereka membuka kembali
jilbab yang telah ia kenakan sebelumnya. Memang ada yang istiqomah walau jilbab
gaul dan ketat. Tapi lumayanlah.
Memakai
jilbab bukanlah sebuah paksaan, karena adanya unsur keterpaksaan ini tidaklah
baik. Tidak ada kesadaran dalam mengenakan jilbab, bahkan tidak dibarengi
dengan pengetahuan memakai jilbab yang benar. Memakai jilbab lantaran takut
pada guru atau dosen??? Memakai jilbab karena takut tidak lulus?
Astaghfirulloh. Bukankah yang harusnya ditakuti adalah Allah?
Memakai
jilbab adalah perintah Allah, seperti yang terdapat dalam firman-Nya, QS.
Al-Ahzab:59 dan An-Nuur: 31.
Hai Nabi, katakanlah kepada
isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min:
"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka".
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Ahzab:59).
Katakanlah kepada wanita yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam,
atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (QS. An-Nuur:31).
Mungkin maksud dari dosen itu baik, melatih
mahasiswi-mahasiswinya untuk mengenakan jilbab. Namun, meski begitu mengenakan
jilbab butuh proses. Seseorang yang tidak yakin akan sulit untuk istiqomah.
Saya punya adik kelas sewaktu SMA. Ia gadis yang sangat baik dan cantik, ia
belum berjilbab. Suatu ketika, ia masuk dan bergabung ke sebuah organisasi
keislaman di sekolahku. Ia melihat banyak akhwat yang mengenakan jilbab lebar.
Lalu suatu hari, kami, anak-anak Rohis senior dikagetkan dengan suatu hal.
Subhanallah sekali, ia berjilbab. Tidak hanya jilbab paris dan gaul tetapi ia memakai
jilbab kain yang lebar bahkan lebarnya melebihi jilbabku saat itu. Kami sangat
senang melihat semua itu dan berbondong-bondong kami mengucapkan selamat pada
akhwat baru. Tapi, setelah tiga bulan berlalu sangat disayangkan, jilbabnya
menciut, menciut dan menjadi jilbab paris dan jilbab gaul. Hati kami
ketir-ketir, bahkan di situs jejaring sosial, ia memasang foto tak berjilbab.
Astaghfirulloh.
Bukan bermaksud apa-apa. Sebuah euphoria berjilbab telah
mengkhawatirkan. Banyak yang berjilbab tetapi banyak juga yang lepas jilbab
dalam rentang waktu yang sama. Berjilbab tanpa keyakinan, tanpa kecintaan,
tanpa dibarengi dengan ilmu. Kalian lihat, jumlah muslimah yang berjilbab kini
sudah tidak bisa dihitung oleh jari, saking banyaknya. Namun apakah mereka mengenakan
jilbab dengan keyakinan, ketaatan dan kecintaan padaNya? Mereka hanya mengikuti
trend dan mode. Naudzubillah.
Wanita adalah hiasan dunia yang indah. Sebuah hiasan pasti
akan banyak menarik perhatian orang terutama lawan jenis. Maka Allah memerintahkan
kita untuk berjilbab dan berhijab dengan sebenar-benar hijab. Tidak hanya itu
saja, kita dapat mengambil banyak manfaat dari berjilbab. Tubuh kita akan
terlindung dari sengatan matahari, ultraviolet yang dapat menyebabkan kanket
kulit. Dengan mengenakan jilbab dan berhijab, maka seorang muslimah akan lebih
dihargai dan dihormati. Lihat saja, ketika ada dua orang wanita yang satu
memakai pakaian sexy dan yang satu memakai jilbab lalu ada segerombolan
laki-laki yang jahil. Pada yang sexy mereka akan melontarkan kata-kata cabul,
sedang pada yang berjilbab paling parah mereka hanya menggoda dengan ucapan
salam. Perbedaan orang yang berjilbab dan yang tidak berjilbab bisa
dianalogikan dengan sebuah teori penelitian biogenesis dari Fransisco Redi. Ia
melakukan sebuah eksperimen dari dua toples yang masing-masing berisi daging,
toples yang satu ditutup dan yang satu dibiarkan terbuka. Ingat apa yang
terjadi? Yang dibiarkan terbuka, ternyata dikerubungi lalat dan di dalamnya
terdapat belatung, hiiiiiii menjijikkan bukan? Jadi sebenarnya, memakai jilbab
itu melindungi diri kita sendiri, namun kenapa kamu masih ragu untuk
memakainya?
0 comments:
Post a Comment