Labels:

Tragedi Bus Mini

Tragedi Bus Mini

“ Aaaaauuuuuuccckkkhhhhhh…………..,” Jeritku saat gigiku disuntik oleh dokter gigi.
Benar-benar sakit saat gigiku disuntik, rasanya begitu mengerikan. Seakan ada malaikat maut yang menjemputku, mempermainkanku. Membuat perasaanku tak karuan.
“ Sudah, Dik. Ini resepnya, nanti ditebus segera ya! Jangan makan yang manis-manis dulu, harus rajin-rajin gosok gigi,” Anjuran Pak Dokter padaku yang membuat kepalaku pening, pusing tujuh keliling.
“ Terimakasih ya Dok. Ya sudah Dok, saya permisi dulu,” Jawabku sambil terburu-buru meninggalkan tempat yang mengerikan itu.
Aku berjalan menuju Apotik untuk menebus resep obat dari Dokter mengerikan itu. Kupandangi orang-orang yang tengah berlalu lalang. Menyedihkan, ouch begitu menyedihkan, entah mengapa perasaanku akhir-akhir ini tak enak(emangnya makanan, he he) dan tak karuan.
“ Mbak mau nebus obat ini,” Ungkapku pada apoteker yang begitu membuatku dag-did-dug karena kecantikannya.
“ Iya Mas, tunggu sebentar ya. Anda boleh menunggu di sana,” Jawab Apoteker itu dengan sangat ramah sehingga membuatku terkagum-kagum, seakan-akan ia adalah obatku sekarang yang bisa membuat sakit gigiku menghilang entah kemana. Ouch She is beautiful.
Aku merasa sedang berada di dalam surga yang dikelilingi bidadari cantik pujaan hati setiap lelaki. Aku melamun, tapi lamunanku buyar saat ia memanggilku.
“ Mas! Mas! Mas! Ini obatnya sudah,” katanya tapi agak sebel karena aku dipanggil gak segera datang.
“ Maaf Mbak. Tadi saya ngelamunin mbak,” Gubrak, aku keceplosan.
“ Apa??? Mas ngelamunin saya???,” Tanyanya dengan amat terheran-heran serta kaget.
“ Haaa??? Apa??? Gak, maksud saya, saya sedang memikirkan kakak saya, ia baru saja pergi ke luar negri buat kuliah,” Jawabku ngeles, sejak kapan aku punya seorang kakak. He he he…
“ Ooooh, tak kirain Mas ngelamunin saya beneran. Saya sempet kaget tadi,” Jawabnya dengan senyuman yang manis dari bibirnya. Kaya gula aja.
“ He he he, o ya berapa mbak semuanya?”
“ Emm, berapa ya? Bentar. Semuanya Rp250.000,00 Mas,” Jawabnya sambil memasukkan obat itu ke kantong plastic kecil putih gaya khas apotik.
“ Ya udah terima kasih ya mbak, permisi,” Kataku menyungging senyuman jua.
Aku berjalam menuju halte bus, yang jaraknya lumayan jauh dari rumah sakit tadi. Setelah sesampainya di sana, pandanganku tertuju pada segerombolan akhwat dari salah satu sekolah islam(sebut saja SMA X). Tak terpikirkan sama sekali olehku apa yang aku lihat kali ini. Aku kira akhwat-akhwat yang sekolah di SMA X itu bener-bener alim, sopan dalam berpakaian dan jilbabnya syar’I tapi ternyata…………dugaanku meleset sangat jauh. Sungguh fenomena yang sangat menyedihkan. Mungkin ini dampak dari kebudayaan barat dan globalisasi. Kesyar’ian sekarang sudah dianggap kolot dan ketinggalan zaman, sedangkan kemodernan yang mengundang maksiat semakin digemari oleh khalayak ramai.
Beberapa menit kemudian, lewatlah bus yang telah aku tunggu-tunggu sejak tadi. Bus yang akan mengantarkanku ke Sekolah kebanggaanku, sekolah islam yang keras ajaran islamnya, ketat dan yang pasti selalu berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Namun, saat aku duduk di salah satu tempat di bus itu, ada seorang akhwat dari SMA X duduk di sampingku.
“ Subhanallah, cuantik buanget. Alhamdulillah. Hmmmmm, mimpi apa sich semalam aku kok ketemu ma akhwat yang cuantik-cuamtik buanget hari ini,” Ungkapku dalam hati.
Lalu tanpa sadar saat aku menengok kearah akhwat itu………….aku sangat kaget ketika melihat ia senyum-senyum sendiri melihatku. Mungkin aku dikiranya Raffi Ahmad atau Afgan kali’ yaacch??? Hi hi hi…
“ Eh maaf, kalau boleh tau nama kamu siapa ya?,” Tanya akhwat itu penuh dengan keberanian.
“ Emmm, na-na…namaa???,” Kataku berbalik tanya dan belum sempat menjawab pertanyaannya.
“ Iya nama. Namamu siapa? Kenalkan namaku Siska,” Jawabnya sambil memperkenalkan dirinya sendiri dengan PD-nya.
“ Namaku….., namaku siapa yach?,” Kataku kemudian dengan pertanyaan yang membuatnya ketawa-ketiwi. Hi hi hi hu hu hu ha ha ha….
“ Namaku… Ahmad,” Jawabku datar dan gemetar karena gak terbiasa duduk sama akhwat sedekat itu apalagi sama akhwat yang berjilbab.
“ Ooooh Ahmad??? Dari sekolah mana???” Tanyanya lagi yang membuatku risih.
“ Da-dari SMA At-Taqwa(bukan nama asli),” Jawabku malu dan bener-bener dengan gemetar serta keringat dingin mengucur di seluruh tubuhku.
“ Ya ya ya. Kalau aku dari SMA X. Udah taukan tentunya? O, ya boleh minta nomor HPmu gak?” Tanyanya lagi. Benar-benar berani banget nih tu cewek.
“ Gimana yach???”
“ Ayolah!” Pintanya memelas.
“ Baiklah,” Jawabku datar.
“ Makasih, berapa?” Tanyanya sambil mengeluarkan sebuah HP dari tasnya.
“ 085728437883,” Jawabku polos.
“ Ok, makasih ya ganteng,” Pujinya yang membuatku semakin risih, risih dan sangatlah risih. Huft.
Waktu serasa berjalan amat lambat, pelaaaaaaan dan begitu pelan. Slow times in my day with her.
 25 menit sudah kulakui perjalananku bersama dia. Akhirnya aku sampai juga di Sekolah yang menjadi kebanggaanku dan teman-temanku. Yaa meski aku datang terlambat, soalnya ini aja sudah menunjukkan pukul 12.00.
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga perjalanan panjangku di bus mini itu. Risih sekali dach. Ternyata tak selamanya akhwat berjilbab itu manis dan pemalu seperti yang kubayangkan selama ini.
¤¤¤
Kebetulan hari ini adalah malam minggu. Dalam sepinya malam aku merenung dan mencoba membayangkan apa yang telah aku alami seharian ini. Aku melamun.
“ Hayooooo, kakak lagi ngapaain? Kok bengong kayak gitu? Gak ada SMS dari pacarnya ya?” Suara adik perempuanku tercinta yang membuyarkan lamunanku.
“ Apa-apaan sich Dik? Kakak kaget nich, ntar kalau jantungan gimana?” Kataku merespon adikku yang cantik kaya kakaknya eh maksudnya adikku cantik dan aku ganteng. Hi hi…
“ Ya maaf, abisnya kakak ngelamun sich. Eh kak ngelamunin siapa sich? Itu ya emmmm siapa namanya….. yang kemarin pas ketemu di Masjid itu lho. Oh iya, kak Anisa. Betul-betul-betul???” Tanyanya sok tau.
“ Iiiiiiiiiiiiicccchhhhh, Adiiiiik. Bukaaaaaan,” Jawabku gemas sambil mencubit pipinya yang imuut.
“ Lha terus siapa dunk? Pasti mikirin tentang cewek. Iya kan?” Tanyanya lagi penasaran.
“ Kalau iya kenapa? Cemburu?” Jawabku bercanda.
“ CEMBURU??? Yang bener aja??? Kakakkan kakakku masak adik cemburu ma kakaknya sendiri, emangnya aku pacarnya kakak?”
“ Yaaa, siapa tau aja cemburu. Hayooo ngaku aja! Cemburu kan Dik?”
“ Dasar kakak narsis. Ya udah ah males ngomong ma kakak yang sok kaya kakak. Cerewet, kalau ngomong gak pernah bertepi, gak pernah berujung dan gak pernah ada akhirnya” Ungkapnya dengan nada ngambeg.
“ Iya dech, kakak cerita. Mau dengerin gak?” Jawabku mengalah.
“ Gak mau, udah gak mood,” Jawabnya masih ngambeg.
“ Ya udah kalau gak mau denger. Hmmmmm, kakak tidur aja dach,” Kataku memancing rasa penasarannya.
“ Eh! Jangaaaaaaan!”
“ Katanya gak mau denger. Kalau gak mau denger kakak capek mau tidur,” Hhee, kataku pura-pura.
“ Iya dah, Isah dengerin,” Jawabnya luluh juga.
“ Gini, tadi kakak ketemu ma seorang akhwat yang…….”
“ Yang gimana Kak???” Sela adikku Aisyah.
“ Iiiiccchhh, Adiiik. Dengerin dulu donk!!!”
“ Iya-iya. Ni dah pasang kuping bener-bener nich, siap untuk mendengarkan kak Ahmad yang narsisnya pooooolll.”
“ He he he, yang beraninya minta ampun. Masak dia gak kenal ma kakak, dan baru ketemu sekali udah berani-berani tanya nama kakak, tanya sekolahnya kakak dimana. Sambil senyam-senyum sendiri lagi. Iiiihhh, nyeremin,”
“ Kakak ini tu gimana sich? Tak kenalkan maka ta’aruf. Dan senyum itu ibadah kali’ kak,” Respon Aisyah dengan cekikikan.
“ Jiiiaahhh, itu mah kakak tau’. Tapi Dik ini kondisinya gak seperti yang Adik bayangkan. Ni akhwat berani buanget gitu lho, gak ada sopan santunnya sama sekali, malupun juga gak punya. Padahalkan dia berjilbab. Bayangkan dia itu anak SMA X yang terkenal itu.”
“ Ooooh, terus-terus???”
“ Yaaa, kakak nervous lah, deg-degan, dan sedikit ngeri. Hiiiii, kok ada akhwat yang berjilbab kayak gitu. Parahnya lagi, akhwat itu minta nomor Handphonenya kakak.”
“ Lha terus? Kakak kasih?”
“ Emmm, gimana ya? Sebenarnya sich kakak juga gak mau ngasih, tapi melihat parasnya yang lumayan cantik dan melas itu yaaaaaa…………kakak kasih.”
“ Oooooohhhhh, sekarang aku tau, kenapa kakak tadi ngelamun, hi hi hi.”
“ Tau apa?”
“ Pasti………………”
“ Pasti apa???”
“ Kakak lagi…… nungguin SMS dari akhwat itu yach??? Cie-cie yang lagi kasmaran.”
“ Duuuuh, fitnah tu Dik. Siapa yang lagi nungguin SMS dari dia??? Lha wong dia tak kasih nomor Handphone kakak yang dah gak aktif lagi kok. He he”
“ Jadiiii…..kakak bohong??? Terus kakak nyesel, gak ngasih nomor yang sebenarnya?”
“ Gak juga, hhheeeh.”
“ Lha terus tadi ngelaamunin apa kalau gak akhwat tadi?” Tanyanya yang semakin penasaran.
“ Ya, kakak gak habis pikir aja. Akhwat yang berjilbab gak bisa berhijab. Eemm, menurut kakak ni ya sekarang banyak akhwat berjilbab tapi gak syar’I, gak bisa berhijab, pakaian pun ketat.”
“ Kebanyakan ngikut trend sich kak. Lihat tu artis-artis sekarang, juga banyak berjilbab tapi jilbabnya tu jilbab gaul. Wah gak bisa dibiarin nich.”
“ Iya Dik. Akhwat berjilbab dan yang berhijab tu dikit buanget jumlahnya. Zaman semakin tua, banyak kemaksitan dimana-mana. Dan mereka yang berjilbab itu tu seharusnya nyadar kalau mereka itu membawa nama besar Islam, jilbab itu kan sebagai identitas mereka. Kalau mereka masih bersikap kayak gitu, pantes banyak orang-orang non-I ngira kalau jilbab tu cuma kedok doang. Padahalkan bukan Islamnya yang kayak gitu. Itu kan masalah orangnya. Iyakan?”
“ Iya kak, bener buanget,”
“ Ya udah dach Dik, kalau bisa berpakaian yang syar’I ya Dik. Jangan ngikut-ngikut trend masa kini yang serba menjebak!”
“ Ok Kak, tenang aja.”
“ Ya udah dech Dik. Udah malem, Adik tidur sana!”
“ Iya kak, aku juga udah ngantuk. Selamat malam kakakku sayang! Semoga mimpi indah ya kak!”
“  Kamu juga Dik.”
--¤ THE END ¤--

0 comments:

 
Lautan Tintaku © 2012 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters