Labels:

Rentetan Puisi Jiwa

4 Agustus 2013

Dalam diam, dingin mengelabui saraf-saraf peraba. Mencoba mengalihkan jiwa pada raga, namun tak bisa.
Rasa itu terus mendera.
Menghujam bak badai bergelora.
Meluluhlantakkan sekat-sekat dalam kalbu.
Menghancurkan ruang-ruang dalam jiwaku.

4 Agustus 2013

Belati tajam mengoyak-oyak sang kalbu. Teriris, meringis, menangis.

4 Agustus 2013

Seperti alam:
Mendung menyapa kalbu yang tertunduk lesu menanti cahya mentari.
Namun, harapnya sia-sia hingga hujan mendera. Menempa tubuhnya.
Kuyu.
Layu.
Hanya bisa alirkan airmata.

Kalbuku yang lembut terkoyak oleh rintik hujan.
Berdarah.
Terluka sudah.

4 Agustus 2013

Sepertinya ada duri yang menancap di ulu hati.
Ternyata hanya sebuah pertemuan 'antik'.
Bukan terkenang bahagia tapi malah terluka.

‪#‎bertemuuntukdibelati‬

4 Agustus 2013

Tetes demi tetes berjatuhan.
Memberi rasa pada yang hambar.
Mengalihkan duniaku seketika.
Namun, rasa itu begitu ngilu.
Terasa amat pedas.
Aku tak dapat menahan rasa yang bergejolak itu.
Aku tak mampu hingga tetes-tetesnya makin deras.

Oh, sambal dan cuka
Kau menggoda.

5 Agustus 2013

Maaf jika lisan ini bagai samurai yang memangkas hatimu, menebasnya tanpa kutahu.

7 Agustus 2013

Waktu pagi nan cerah dan sejuk ini kugunakan untuk menyelami dunia kata baru di hatimu,
Mencoba menelisik rerimbunan kata-kata yang kau sembunyikan dari balik kerongkongan,
Lama kuberkelana, tak kutemukan jua
Perlu kau tahu,
Seberapa kuat dan keras kau sembunyikan dariku, sekuat dan sekeras itu pula aku akan mencari tahu

Ingat!
Aku tak akan pernah putus asa,
Bila dengan cara ini kutak menemukannya jua
Akan kubabat habis, rerimbuanan itu
hingga semua jadi milikku
PUAS?!


By: Novitasari Mustaqimatul Haliyah on status facebook

0 comments:

 
Lautan Tintaku © 2012 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters