“Dik,
Kau masih menginginkannya?” seorang pemuda bertanya pada adik perempuannya.
Sang
adik tertunduk, jilbabnya yang rapih ia biarkan berkibar diterpa angin. Pipinya
merona menahan isak tangis, lalu dengan lirih ia menjawab, “Iya Kak, Ita sangat
menginginkannya. Ita akan menjaga hati untuknya.”
Sang
kakak menghela nafas panjang.
“Kenapa
kau begitu menginginkannya? Tidakkah kau menyesal dulu kau pernah terluka
karenanya? Kenapa kau tak membuka hatimu untuk yang lain saja?”
“Hatiku
sudah tertambat padanya, Kak. Ita tak bisa melupakannya dan tak bisa pula
membuka hati untuk yang lain. Aku menyukainya, Kak. Maafkan Ita.”
“Baiklah,
terserah engkau saja. Semoga jodoh!”
Kakaknya
meninggalkannya dengan berjuta misteri. Namun, cukup melegakan hati Ita dengan
kalimat terakhir kakaknya. “Semoga jodoh” kata-kata yang selama ini
dinanti-nantikan oleh Ita.
Sejak
kecil Ita sangat tertarik padanya. Entah
apa yang membuatnya begitu terpesona sehingga keinginan untuk memilikinya
begitu menggebu-gebu meski kini ia telah menjadi mahasiswa semester dua. Memang
jika dipandang ia begitu indah dengan segala apa yang teranugerahkan padanya.
Keren, beken, kaya, penuh nuansa, pintar, cerdik, ganteng, ramah, penuh dengan
keceriaan, kerja keras, pantang menyerah, sungguh sempurna. Siapa orang yang
tidak kagum memandangnya?
Burung-burung
telah kembali keperaduan, mengepakkan sayap-sayapnya dengan luwes, indah nian
bergerombol membentuk formasi berbentuk huruf V. Matahari pun tampak kelelahan
bekerja sepanjang siang menerangi bumi. Namun di serambi rumah, Ita masih sibuk
dengan seabrek aktivitasnya. Di hadapannya terbuka sebuah notebook mini pink,
bergambar bunga-bunga sakura, bolpoin pink juga bergambar bunga sakura, semua
yang dihadapannya bergambar bunga sakura. Ia begitu menyukai sakura. Ia ingin
pergi ke negeri sakura.
Tiba-tiba
ada sebuah bayangan.
“Aishiteru,
Ita-Chan.”
Mendengar
kalimat itu, mata Ita berkaca-kaca. Ita tak menyangka kalimat itu terucap
darinya.
“Kaukah
itu? Kau yang kucinta? Kau yang kudamba sejak dulu? Benarkah itu kau?” Ita
mencoba memastikan.
“Iya,
ini aku. Aku datang untuk menjemputmu,” bayangan itu tersenyum manis.
Namun
kala itu, hati Ita menjadi ragu. Ia juga mencintai kakaknya. Ia tak mau
meninggalkan kakaknya untuk pergi bersamanya. Ita tertunduk.
“Kenapa
Ita sayang? Ayo, ikut bersamaku! Bukankah kau mencintaiku dan ingin bersamaku?”
bujuk bayang-bayang itu memantapkan hati Ita yang ragu, seolah ia tahu gejolak
hati Ita waktu itu.
Ita
masih tetap tergugu, berkecimpung dalam dunia khayalnya. Perdebatan batin akan
siapa yang ia pilih menjadi topik utama dalam khayalannya. Ita tetap diam.
“Ita-Chan!”
Bayangan
itu membuyarkan khayalannya. Namun meski begitu Ita masih enggan menjawab.
Lidahnya kaku, pikirannya tertuju pada kakak tercintanya. Ia bimbang. Dahulu
Ita sangat mendambakannya, tapi ketika ia datang? Hatinya malah menjadi tak
karuan.
“Ita…Ita…!
Bangun!” suara itu berubah menjadi suara kakaknya yang lembut.
“Kau
bermimpi?” lanjutnya.
Ita
mengangguk.
“Ita
bermimpi tentangnya, Kak,” pengakuan Ita.
Raut
wajah kakaknya berubah seketika, berkerut dan cemberut.
“Kak!”
ujar Ita dengan ragu.
“Bolehkah
Ita…?”
“Ita,
kalau memang itu yang membuatmu bahagia kakak rela.”
“Bagaimana
denganmu, Kak?”
“Pergilah!”
“Tapi
Kak…”
“Pergi,
Ita! Pergi saja!”
“Ita
tak ingin kakak sendirian.”
“Pergi!”
“Kak,
Ita sayang kakak.”
“Pergilah!
Kakak tidak sayang padamu.”
“BOHONG!
Kakak mencintaiku. Kakak pasti menyayangiku. Kakak itu kan kakaknya Ita. Tak
mungkin kakak tak sayang.”
“Kakak
tidak sayang padamu Ita! Aku ini sekarang bukan kakakmu, kau mengerti?!”
“Kakak
jahat!”
Ita
pun berlari, matanya berlinang air mata. Asanya telah hancur. Namun belum
sampai di depan pintu kakaknya memanggilnya. Ia berusaha mencegah Ita pergi. Ia
tak sanggup kehilangan adik tercintanya yang selama ini menemaninya. Ibunya
telah lama pergi untuk selama-lamanya. Sedangkan ayahnya? Ayahnya menelantarkan
mereka. Ayah mereka menjadi pebisnis besar di negeri sakura.
Kakak
Ita berusaha keras memanggil adiknya. Berteriak sekuat tenaga namun Ita telah
pergi darinya selama-lamanya. Telah menghilang dari pandangan matanya, hanya
silau cahaya yang tembus pandang penuh tebaran dan hamparan sakura.
“ITAAA!!!”
teriak kakaknya. Dan ia terbangun dari komanya setelah kecelakaan menumpang
kereta di negeri sakura.
CATATAN KECIL: Maaf saya sedang galau dan tidak tahu ingin menulis apa. Ini tulisan tanpa insight. Saya menulis sambil tidur, jadinya ya seperti ini. Yaaa...maaf kalau tidak memberikan pencerahan atau pembaca tidak mudheng. Saya pun juga tidak mudheng dengan tulisan saya yang satu ini.
0 comments:
Post a Comment