Labels: , ,

Pemuda, Mau Dibawa Kemana?


“Eh Tasya, setelah lulus nanti kamu mau ke mana?” tanya Kia sambil membuka-buka buku Teori Sastra.
“Brrrrr…Heh? Emm…ke mana ya???” jawab Tasya sembari memuntahkan minumannya, dahinya berkerut-kerut alias bingung.
Kalian liat kan ekspresi Tasya waktu ditanya sama Kia? Ekspresinya bingung, bimbang, galau. Pemuda zaman sekarang kalau ditanya tentang tujuan pasti dahinya selalu berkerut-kerut. Kalau pemudanya galau dan tidak punya tujuan lantas bagaimana dengan nasib bangsa kita dan agama kita? Apakah akan terus terpuruk seperti ini? Ditindas dan disepelekan oleh negara-negara adikuasa?
Sebenarnya apa sich penyebab para pemuda tidak tahu tujuan mereka sendiri dan terjerumus dalam lembah kegalauan? Pertama, mereka tidak tahu potensi diri sendiri. Mereka tidak mengenali diri mereka sendiri, makanya mereka tidak mempunyai visi dan misi. Sebuah penelitian terkenal pernah dilakukan oleh Sekolah Bisnis Harvard pada tahun 1970-an. Mereka melakukan survey terhadap lulusan magister mereka setelah 10 tahun lulus untuk melihat seberapa jauh pencapaian mereka raih dalam hidup mereka.
Dari lulusan S2 yang disurvei itu: 27% hidup dari uluran tangan pihak lain. Survei ini menemukan bahwa orang-orang ini tidak menganggarkan keuangan mereka dan tidak mencanangkan tujuan hidup. 60% hidup dari cek yang dibayarkan untuk mereka. Survei ini menemukan bahwa kelompok ini bikin anggaran keuangan tapi mereka tak punya tujuan-tujuan hidup strategis. 10% dari mereka hidup nyaman. Orang-orang kelompok ini dilaporkan juga punya anggaran  keuangan untuk 5 tahun dan rencana hidup. Hanya 3% dari mereka termasuk golongan berduit, independen, dan bahagia dengan hidupnya. Mereka telah menentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang mereka. Mereka juga mengembangkan strategi untuk mencapainya.
Setiap orang kalau ditanya apakah ingin sukses, mereka menjawab dengan mantab “YA”. Namun mereka hanya berleha-leha berpangku tangan, tak beraksi apa-apa. Ketika ditanya, “Apakah kamu sudah menentukan tujuan hidupmu?” Mereka menjawab dengan tenang, “BELUM.” Lalu bagaimana mau melangkah mencapai kesuksesan kalau tidak mempunyai tujuan, visi dan misi?
Solikhin Abu ‘Izzuddin pernah berkata dalam bukunya “New Quantum Tarbiyah”, Ketepatan memilih harapan adalah separuh dari kesuksesan. Jadi dengan menetapkan tujuan dan cita-cita kita, kita sudah menyumbangkan 50% dari kesuksesan yang akan kita raih nantinya. Jadi kita tidak boleh galau lagi dan harus punya tujuan, cita-cita dan juga visi-misi mulai dari sekarang.
“Mengetahui tapi tidak melakukan sama saja dengan tidak tahu. Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah.”
Kuliah adalah pilihan kita untuk masa depan. Maka dari itu, kita harus fokus dan tidak boleh galau lagi. Tentukan mulai dari sekarang, apakah kita akan menjadi dosen, penyair, penerjemah, peneliti naskah kuno, sutradara, aktor atau aktris, pengusaha dan lain sebagainya. Kini kita tengah mempelajari itu semua bukan dengan kuliah di fakultas ini?
So, kita harus memanfaatkan ilmu yang telah kita peroleh di bangku kuliah ini dengan sebaik mungkin. Orangtua kita telah membiayai kuliah kita dengan banting tulang, sebagai anak yang berbakti kuliah merupakan amanah orangtua yang harus ditunaikan. Jangan sampai membuat orangtua kita menyesal karena kita tidak serius kuliah. Bukankah kuliah ini adalah cara kita untuk mencapai kesuksesan itu sendiri?
Bangsa kita membutuhkan kita, agama kita. Kini saatnya kita memberikan kontribusi untuk bangsa kita dan agama kita. Saatnya kita untuk mengubah dunia dan membuat orangtua bangga. Dalam QS. Ali-Imran: 110 menyebutkan bahwa kita adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan pada masanya, “Kalian adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi manusia, kalian menyuruh (berbuat) kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran dan kalian beriman kepada Allah.”
Lalu buat apa menggalau lebih lama lagi? G.A.L.A.U adalah singkatan dari God Always Listening and Understanding. Ayo buang prasangka negatif dalam diri kita, bagaimanapun keadaan kita. Karena perasaan negatiflah yang membawa lesunya tubuh kita untuk bergerak, malasnya otak kita berpikir, sampai putus asa tak mencari ide, atau bisa-bisa bunuh diri. Lihatlah orang-orang yang menyatakan dirinya galau, mereka lesu, tak semangat, tak jelas apa yang dikerjakan. Sebegitu tak produktif dan hanya membuang waktu. Sekarang cobalah memaknai galau dalam bingkai positif thinking, God Always Listening and Understanding. Pemuda Islam kok galau? Nggak level lah yau. Mari kita buktikan bahwa kita merupakan generasi yang terbaik. Sekarang saya tanya, sudahkah punya tujuan? Sudahkan punya cita-cita? Sudahkan menentukan visi dan misi hidup?

Ket: Pernah dimuat di majalah Tazkia 

0 comments
Labels: , ,

Jangan Gadaikan Izzahmu, Ukhti!!!


Ibarat mutiara, kilaunya akan selalu terpancar meski berada di dalam samudera yang gelap, terbungkus oleh cangkang nan indah. Seorang wanita bagai barang pecah belah, ketika sudah pecah maka tak akan pernah bisa kembali ke bentuk semula, betapa pun besar  usaha yang dikeluarkan. Maka, perlu sekali seorang wanita menjaga izzahnya, menjaga harga diri dan kehormatannya.

Godaan memang sangat banyak, apalagi kata “Galau” semakin merebak. Istilah cinta, istilah VMJ, istilah TTM, dan istilah-istilah lain yang berhubungan dengan hati memang sangat rawan.  Ditambah lagi dengan adanya situs jejaring sosial yang memungkinkan seorang wanita dan laki-laki berkomunikasi dengan sangat intensif sehingga membuat seorang wanita semakin terpukau, membuat hati semakin ketar-ketir dan izzah pun dipertaruhkan.

Masih ingatkah lirik lagu ini: “Jatuh cinta berjuta indahnya, dibelai, dimanja amboi asyiknya.”
Muda-mudi sekarang ini rela menggadaikan izzahnya hanya demi sebuah nama “cinta semu” dan “cinta palsu”. Di mana mereka bisa berpegang-pegangan, berboncengan, mesra-mesraan, saling pandang-memandang, dan lain sebagainya. Padahal telah diterangkan dalam Al-Qur’an dan Al-hadits tentang hubungan terhadap lawan jenis, larangan bersentuhan dengan lawan jenis bukan mahram, tentang pandangan yang merupakan panah setan, tentang batasan-batasan hubungan dengan lawan jenis. Semua itu sudah diatur oleh-Nya dengan sedemikian rupa. Bukan untuk memberatkan, bukan pula untuk menyiksa batin, namun untuk sebuah penjagaan. Ya, sebuah penjagaan atas nama kehormatan.

Membahas soal pandangan mata, jadi teringat tentang kisah nabi Yusuf dan Zulaikha. Tentang kehormatan atau izzah yang menjadi taruhan. Masih ingatkah kisah fenomenal tersebut? Ketika Zulaikha sangat terpesona pada ketampanan nabi Yusuf, hingga Zulaikha tidak bisa menahan gejolak yang ada di hatinya dan melakukan perbuatan yang tidak semestinya ia lakukan. Namun, subhanallah meskipun nabi Yusuf sebenarnya juga terpesona dengan kecantikan Zulaikha tetapi nabi Yusuf masih bisa mempertahankan keteguhan hatinya dalam menjaga sebuah izzah yang sangat berharga ini. Inilah salah satu alasan mengapa Allah menyuruh kita untuk menundukkan pandangan, seperti yang telah dijelaskan dalam QS. An-Nuur ayat 30 dan 31: “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali yang terbiasa terlihat.

Sebuah izzah ibarat mutiara bahkan permata yang harganya sangatlah mahal, namun begitu murahnya dijual ketika hati telah dikotori oleh nafsu dan syahwat. Gejolak yang terpatri ketika setan sudah menaikinya. Ada banyak sekali sarana yang mampu menjatuhkan sebuah ketinggian izzah, yaitu melalui beberapa sarana, melalui lisannya, melalui pakaian, dan perbuatannya.

Menjadi seorang wanita bukanlah sebuah pilihan namun merupakan ketetapan dari Allah SWT. Allah menciptakan kita sebagai seorang wanita dengan berbegai kemuliaan, dan kita harus menjaga kemuliaan-kemuliaan yang dikaruniakan Allah pada kita. Salah satu anugerah kemuliaan itu adalah kita sebagai seorang wanita diperintahkan untuk menutup aurat. Tubuh wanita adalah aurat. Wanita merupakan fitnah yang besar untuk para laki-laki, maka dari itu agar tidak timbul sebuah fitnah yang dahsyat, seorang wanita harus menutup auratnya, harus pula menjaga hijabnya, bukan malah memamerkannya. Lihat saja iklan-iklan sabun, handbody, iklan-iklan yang lain yang selalu mengeksploitasi tubuh wanita. Bukankah itu malah menjatuhkan martabat, kehormatan dan kemuliaan wanita? 

3 comments
Labels:

Matinya Kreativitas dalam Muhasabah Diri

Semakin dewasa kok semakin melempem?
Huft... boleh dong mengejek?
Bercermin, Coy!
Bercerminlah!
Lihatlah dirimu! Perhatikan baik-baik!
Perhatikan tiap lekuknya!
Perhatikan tiap goresan yang nampak!

Kenapa menunduk?! Apa?! Malu?! Pesimis?! Takut gagal?!
                                  Huuuuuuu.... DASAR PENGECUT!!!

Hei-hei-hei!
Angkat wajahmu! Pandangi cermin di depanmu!
Lihat wajahmu! Lihat Coy!
Bukankah ini bentuk kesempurnaan yang diberikan olehNya?
Bukankah ini anugerah dariNya?
Bukankah semua ciptaanNya selalu dalam keadaan sempurna?
Tidakkah kau ingat janjiNya yang tertera dalam surat At-Tiin ITU?
Ingat?!

Pasti kau juga mengingat janjiNya yang tertera dalam surat Al-Insyiroh bukan?
bahwa setelah ada kesulitan pasti akan ada kemudahan...

Hey!
Mengapa kamu bengong?
Merenungi?
Bangkiiiiit!

Kamu mampu! Kamu bisa!
Yakin doooooong!

0 comments
Labels: , ,

Kau Anugerah Terindah

Aku tak pernah mengira akan sebuah pertemuan ini. Pertemuan yang amat unik dan akan menjadi kesan tersendiri dalam hidupku. Aku masih ingat ketika itu, pertama kali aku sipertemukan denganmu. Kita ta'aruf, saling berkenalan. Waktu itu kita masih sangat polos, lugu dan culun. Tak mengapa kawan, toh kini insya'allah kita telah menjadi insan dewasa.

Masih teringat olehku juga, senyum tulusmu kala itu. Senyuman yang tak mengharapkan balasan, namun melihatmu tersenyum padaku aku jadi ingin membalas senyumanmu dengan senyuman yang paling manis yang aku miliki.

Huft, pertemuan ini merupakan anugerah yang tiada tara bagiku. Ini merupakan nikmat, karena kini kita telah menjalin sebuah "PERSAHABATAN." Indah bukan? Persahabatan berlandaskan iman. Kini kita juga berdiri tegak di jalan yang sama, berjuang yang sama. Kita akan selalu bersama kan? Karena aku tidak tahu harus melangkah bersama siapa ketika kalian meninggalkanku. Kalian adalah sadaranku, tempatku berbagi cerita, tempatku berkeluh kesah setelah pada Tuhanku.

Kalian adalah matahariku, yang menerangi hari-hariku. Kalian adalah pelangiku, yang memberi warna dalam hidupku. Aku bisa tegar karena kalian ada di sisiku. Aku bisa tersenyum karena kalian bersamaku, walau hatiku waktu itu sedang kelu. Kawan, kalian sungguh anugerah yang Allah berikan padaku, anugerah terindah.

Aku bisa bertahan menjalani hidupku ini. Terima kasih karena kalian telah menguatkanku. Di saat-saat aku sedang membutuhkan kalian, kalian selalu hadir. Kalian selalu berusaha membahagiakanku, walau jiwa dan ragamu tertatih, penuh peluh, dahaga. Aku ingin selalu bersama selamanya. Jangan pernah pergi dariku, karena aku tak sanggup kehilangan kalian.

Aku terbiasa dengan kalian di sisiku. Aku terbiasa melihat senyumanmu. Aku terbiasa mendengar canda tawamu. Aku juga terbiasa mendengar curhatanmu. Dan itu membuatku berfikir bahwa hidup ini indah. Terima kasih telah membuatku terus tersenyum walau sakit mendera. Sunggguh kau anugerah Allah terindah untukku :')

Kalian selalu menemani hari-hariku. Masih teringat ketika aku sakit, kalian menemaniku sampai harus bolak-balik ke rumah sakit dan bahkan kalian tidak tidur padahal kalian harus kuliah esok harinya. Terima kasih kucuapkan, beribu-ribu terima kasih aku ucapkan. Dan maafkan aku, aku sering melukai perasaanmu dengan candaku yang berlebihan.

0 comments
Labels:

Memoar Seragam Kuning-Coklat

Pagi ini kurasakan kembali masa-masa di mana aku menjadi seorang puteri dan anak laki-laki itu menjadi seorang pangeran. Waktu itu aku begitu dimanjakan oleh teman-temanku dan dilindungi oleh pangeran itu, masa kanak-kanak yang menyenangkan. Masih kuingat dahulu ketika aku hendak bermain ayunan dan ayunannya dipakai oleh orang lain, dia, si pangeran meminta orang lain itu enyah dari hadapanku dan mempersilakanku main di ayunan itu. Setiap karya yang aku buat pasti selalu dipujinya dan dihargai sebagai karya yang terbaik bahkan bekal makananya selalu diberikan kepadaku. Asyiknya mengenang masa kecil itu.

Pangeran itu...
Huft, sayang ternyata beda aqidah.
Namun aku benar-benar tidak bisa melupakan masa-masa aku menjadi seorang puteri kerajaan TK Bhayangkara.

Mungkin orang-orang melihatku nakal, tapi sungguh aku tak pernah berbuat jahat pada teman-temanku kecuali pada yang satu. Namanya Didit, dia adalah temanku dan keluarganya adalah teman ayahku. Keluargaku dan keluarganya berteman sangat baik kecuali anak-anaknya, Didit dan aku. Didit selalu mengusiliku bahkan kita seringkali adu fisik, namun lagi-lagi pangeranku yang gagah berani membelaku. Masa kecilku memang sangat berwarna. Menjadi seorang puteri adalah idaman setiap anak-anak. Aku merasakannya dan menikmatinya.

O,ya belum aku terangkan ya mengapa judulnya "Memoar Seragam Kuning-Coklat"? Karena pada waktu TK seragamku ya gaun kuning dan baju polisi. 

0 comments
 
Lautan Tintaku © 2012 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters