Labels: ,

KISAH KESETIAAN SEPASANG KEKASIH


Siang ini sangat terik. Sinar matahari menyengat kulit-kulitku meski sudah kututupi dengan jaket tebal dan jilbab lebar. Siang ini sungguh sangat panas, sepanas hatiku yang sedang merasakan sebuah kekecewaan karena sebuah kesetiaan yang ternodai. Siang ini selepas kuliah, kubawa sepeda motorku melaju ke kost. Ingin kulepaskan semua kesedihanku di sana.
Namun, di pinggir jalan aku melihat sepasang kekasih. Mungkin bagi orang-orang, mereka tidak berarti. Tapi bagiku, mereka sangat berarti dan penting. Sepasang kekasih yang membuatku sangat kagum hingga aku menangis di jalan sembari mengendarai kuda besiku. Semenjak pertama kali aku bertemu mereka waktu aku masih mengenakan seragam putih abu-abu. Aku kagum pada sepasang kekasih itu. Waktu itu, aku bertemu mereka di sebuah angkutan umum. Mereka naik berdua, saat itu aku terpaksa harus memberikan tempatku untuk sepasang kekasih itu. Mereka selalu bersama, bergandengan tangan. Hal yang sama aku temui saat ini. Sepasang kekasih itu masih terus bersama, memadu cinta, memadu kasih. Masih tepat sama, mereka bergandengan tangan. Sebuah kesetiaan yang tidak lekang oleh waktu, aku kagum pada sepasang kekasih itu. Aku bangga pada mereka masih bisa mempertahankan cinta hingga sekarang. Hal yang saat ini tidak aku miliki
Akankah suatu saat aku dan kekasihku kelak akan memiliki kesetiaan seperti itu? Aku ingin mengungkapkan kekagumanku pada mereka tapi ketika aku ingin bersua dan mengungkapkan hal itu, mereka tidak bisa aku temui.
Kakek-nenek yang memadu kasih cintanya dengan berjualan kemucing, berjalan berkilo-kilo meter. Nenek yang menggandeng suaminya yang buta. Masya’allah, aku ingin menitikkan air mata.
Allah, karuniakanlah kepada mereka (sepasang kekasih itu, kakek-nenek) kebahagiaan. Aamiin.

0 comments:

 
Lautan Tintaku © 2012 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters