Labels:

Teruntuk Pendamping Hidupku Kelak

Kanda,
Allah telah menakdirkan kita bersama,
Bercinta dalam naungan cinta-Nya
Atas nama sebuah pernikahan yang agung dan suci
Sejak saat itu, aku resmi menjadi istrimu dan engkau resmi menjadi belahan jiwaku
Tepat setelah ijab qabul dilaksanakan,,,
Engkau telah menjadi imam dalam hidupku dan keluarga kita nanti

Kasihku,
Engkau pasti memahami hakikat seorang laki-laki adalah pemimpin dari kaum hawa.
Semoga engkau mampu menjadi imam yang selalu menyeru pada keluargamu untuk mendekat pada Sang Khaliq, Allah Subhanahu wata’ala.
Suami yang selalu membimbingku pada jalan yang benar dan jalan yang diridhoi oleh Allah
Selalu menafkahi dengan usaha dan doa: nafkah batin dan nafkah fisik

Meski mata ini belum pernah memandangmu
Telingaku belum pernah mendengar suaramu
Tanganku belum bisa menyentuhmu
Dan bibirku belum mengucap cinta padamu
Namun percayalah, ketika waktu pernikahan kita datang
Semua akan menjadi saat-saat yang indah dan bahagia

Suamiku,,,
Satu yang kupinta padamu
Cintailah aku dan keluargaku karena-Nya

Karena Allah semata...

0 comments
Labels:

Curhat Cinta 1

"Jika sudah bercinta 5-8 tahun, kalau bukan jodoh tidak akan bersatu." (Siti Nurhaliza, hari ini)

Cintaku bukan di atas kertas...
Cinta... membuat kita menjadi gila.
Penuh luka, duka, tapi juga suka.
Oh cinta....
Hanya cinta Allah yang abadi selamanya.

Ya Allah, berikan hamba cinta yang cintanya selalu karena-Mu

0 comments
Labels: ,

Ciptaan Maha Sempurna

Allah menciptakan segala sesuatu di muka bumi dan alam semesta ini tiada yang sia-sia. Dia menciptakan semua dengan bentuk sesempurna mungkin. Ciptaannya indah-indah.

Cakrawala langit membiru kadang menjingga tampak sempurna dengan semburat mega dan warna pelangi. Bintang-bintang berpendar-pendar menghiasi malam-malam nan indah. Rembulam memantulkan cahaya bintang seolah bersinergi dengan gemintang itu untuk mengisi malam nan gelap gulita.

Planet-planet, meteor-meteorit, galaksi-galaksi di angkasa raya tampak teratur. Melayang-layang, tak bertumbukan satu sama lain. Sungguh, Allah Maha Pencipta dan Pengatur seluruh jagat raya ini dengan sempurna dan indah.

Tatkala melihat-lihat taman dan kebun. Nampak di sana warna-warni nan cerah memanjakan mata dan hati semua makhluk yang melihatnya. Merah-kuning-hijau-ungu-jingga-coklat-putih.

Bunga-bunga bermekaran. Kumbang dan kupu beterbangan mencari makanan. Burung-burung kecil mencicit dan bernyanyi-nyanyi menantikan induknya pulang membawa secuil makan. Sungguh harmoni kehidupan alam kebun ini.

Oh, Allah...
Engkau ciptakan semua hal yang indah-indah untuk makhluk-Mu di muka bumi ini. Engkau ciptakan bumi dengan berbagai macam sumber daya alam. Engkau simpan emas dan perak dalam gunung-gunung. Engkau simpan mutiara dalam dasarnya samudera. Engkau simpan intan yang berkilau dalam gunung-gunung berapi. Sungguh, Engkau sebaik-baik pencipta.

Engkau kabarkan kekayaan-Mu lewat firman-Mu yang agung, Al-Qur’anul Kariim. Allah terima kasih atas kasih sayang-Mu pada kami.
Tapi ya Allah, ciptaan terindah dan termegah juga termahal yang hamba miliki adalah ayah-ibundaku tercinta. Mereka orang hebat, tangguh nan lembut yang pernah Engkau hadiahkan untuk hamba-Mu yang lemah ini.

Engkau karuniakan seorang ayah yang tak mengenal lelah. Tiap waktunya, ia gunakan untuk membanting tulang, memeras keringat demi keluarganya. 24 jam waktunya, ia gunakan untuk membahagiakan anak-anak dan istrinya. Memenuhi kebutuhan hidup keluarga dengan tenaganya yang mulai berkurang.
Ayahku tangguh ya Allah. Terima kasih. Ia, ayah tertangguh yang pernah hamba-Mu kenal.

Jaga ia ya Allah. Limpahkan kasih sayang-Mu untu ayahku terkasih. Hilangkan lelah dalam tubuhnya ya Allah. Terangilah hatinya dengan cahaya iman agar hatinya selalu tentram dan riang-gembira.

Terima kasih juga ya Allah. Engkau pula karuniakan ibunda terkuat di seluruh dunia. Ibunda terhebat dari ibu-ibu yang hebat lainnya. Membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan perhatian. Rela kelaparan demi perut anak-anaknya yang kenyang. Tiap malam terjaga ketika anak-anaknya sakit.


Allah, izinkan hamba menghadiahkan mahkota terindah untuk kedua orangtuaku di surga nanti. Aamiin.

0 comments
Labels: ,

JANGAN MEMICINGKAN MATA!


Kadipiro, 6 April 2014
Di bawah sinar lampu yang berpendar-pendar, tampak jari-jari berkuku jingga menari-nari di atas keyboard laptop keemasan. Sebuah tarian jari yang hendak menyampaikan pesan tertentu yang dilihatnya di malam yang pekat di luar sudut kamarnya.
Terdengar keras nan jelas suara-suara dari pita suara para jalu berkaki dan bertangan. Entah apa yang membuat mereka bersuara dengan kerasnya “HUAHAHAHAHAHA”. Tak hanya sekali dua kali, tetapi telah berkali-kali bahkan jari-jari tangan itu tak mampu menghitungnya kembali.
Lalu terdengar pula para wanita yang mencoba memberi kritik atas suara keras para jalu di luar sana. “Kalau mereka memekak keras ‘HUAHAHAHAHA’ kita juga bisa “Huihihihi,” kata seorang wanita.
Tiada yang tahu maksud jari-jari jingga menari-nari seperti itu. Mereka masih tetap menginjakkan dirinya pada not-not keyboard hingga berdecik-decik. Bukan tarian klasik atau modern, tapi tarian indah yang tak bisa dimengerti oleh semua orang.
Inilah seni... Inilah sastra...
Orang-orang mengerutkan dahi ketika mendengar kata 2S tersebut, seni dan sastra. Mereka pengguna yang candu namun tak pernah menghargai pencipta seni dan sastra. Tiap waktu hanya meremehkan pembuat seni dan sastra. Tapi hati merasa ada kejanggalan. Huft, mereka pengguna tak tahu diri.
“HEI, SIAPA KAU? APA GUNANYA BELAJAR BAHASA? APAGUNANYA BELAJAR BERKATA-KATA? APA GUNANYA BELAJAR SASTRA? APA GUNANYA BELAJAR SENI?”
Pertanyaan demi pertanyaan berdebam-debam. Tanda tanya pun muncul dibenak kami, para sastrawan dan seniman.
“Siapa yang membuat novel yang kau nikmati tiap kau butuh hiburan? Siapa yang membuat film komedi dan tragedi atau romantisme ketika otakmu sedang terbakar hingga membuatmu tertawa lepas? Siapa yang membuat monas? Siapa yang membuat kain batik yang sering dibangga-banggakan publik internasional? Siapa yang membuat pakaian yang kau gunakan itu hingga dirimu tampak cantik dan tampan? Siapa yang mampu meriasmu ketika kau pergi ke salon? Siapa yang membuat negara Inggris hebat seperti itu? Inggris hebat karena Raja Inggris waktu itu lebih memilih seorang sastrawan dan seniman yang bernama Skispere.”
Coba pikirkanlah sebelum berkata-kata! Jangan hanya menghina!

0 comments
Labels: ,

CERITA LAKI-LAKI RENTA


Masih ingatkah kalian dengan mainan yang menggunakan bantuan angin untuk memainkannya?
Izinkanlah saya menceritakan sedikit cerita tentang permainan itu. 

Kamis, 3 April 2014, ba’da dzuhur ada yang mengubah fokusku. Dua bola bulat hitam dan putih di kepalaku tertuju pada sosok laki-laki perkasa dan tangguh. Usia laki-laki itu sekitar 80-an tahun. Ia masih dengan gagah mengayuh sepeda klasik yang pada zaman dahulu disebut dengan pit jengky. Ia mengayuh sepedanya mengelilingi kota Solo yang beraneka ragam suku bangsa dan agama. Sepedanya melintasi gang-gang kecil di sudut-sudut kota. 

Laki-laki tua itu berusaha menjajakan hasil karyanya yang tak lagi dikenal. Pada zaman gadged merebak hebat dan teknologi serba canggih dipamerkan di mana-mana. Pada zaman game menjamur, baik game online ataupun offline, laki-laki renta itu masih dengan teguh dan tulus melestarikan mainan nenek moyangnya, BALING-BALING terbuat dari plastik dan Pring (Bambu). 

Benda yang tidak berharga bahkan dibuang-buang, di tangan kreatif si renta menjadi benda yang mempunyai harga jual. Mainan tradisional yang telah terlupakan dan bahkan telah punah. Namun laki-laki tua itu memberanikan diri menantang arus modernisasi yang di dalamnya memuat dan membicarakan teknologi canggih dan mendambakan hal yang bersifat dadakan atau instan.

Sebenarnya bukan itu yang membuat fokusku berubah. Tetapi semangat bajanya melebihi anak muda. Ia rela dan banting tulang mengayuh sepeda sepanjang hari untuk memenuhi kebutuhan hidup. Peluhnya menetes setetes demi setetes, kulit tangannya yang mengelupas, kakinya yang mulai membengkak dan wajahnya yang keriput tidak menunjukkan sedikitpun rasa putus asa. Ia juga tak menginginkan rasa belas kasih dari orang-orang seperti peminta-minta dari rumah ke rumah.

Aku takjub dan terkesima. Mungkin ia bisa menjadi seorang peminta-minta, tetapi tekatnya bulat dan kokoh. Ia lebih memilih membanting tulang di usianya yang renta untuk sesuap-dua suap nasi dari pada mengemis.
Subhanallah...

0 comments
Labels: ,

Beri Aku Kesempatan Untuk Mencintaimu


Oleh: Novitasari Mustaqimatul Haliyah


“Tik-tok-tik-tok”
Suara itu bukanlah suara jam berdenting. Itu adalah suara takdir yang didentingkan untuk suamiku. Jam dinding di ruang serba putih itu diam membisu. Menyimpan sejuta tanya dalam setiap jarum detik miliknya.
“Tik-tok-tik-tok”
Bunyi itu berdenting amat keras. Lelehan air mata orang-orang di sekitarku tak mampu membuat airmataku berjatuhan. Ia terbendung kuat oleh kukuhnya egoisku dan keangkuhanku. Mereka meronta kuat, lelehan itu merendam duniaku hingga dunia tak ada yang tahu batinku terseret oleh derasnya lelehan airmata itu.
Namun, aku tak tahu mengapa aku terjerembab jatuh. Sekujur tubuhku lemas tak berdaya. Perkataan dokter Aldrian mengenai suamiku membuat airmata seluruh anggota keluargaku dan keluarga suamiku meleleh, mengalir deras.
Hatiku perih menahan luka yang mendalam. Suamiku orang yang baik, jujur, dan setia. Ia selalu menyayangi keluarganya, keluargaku, dan keluarga kecilnya denganku. Tutur katanya lembut penuh makna. Ia sangat mencintaiku.
Jam dinding di ruangan persegi serba putih itu tak mau berhenti. Ia terus memutarkan jarum-jarumnya. Aku hanya terpekur, terjerembab dalam penyesalan tiada batas. Mengapa baru sekarang aku tersadar? Oh, langit pun ikut menangis menambah suasana duka keluargaku. Air mata langit mengandung asam tinggi itu terus berjatuhan. Mataku terus menatapnya tiada henti hingga membawakan memoar-memoar indah saat aku bersamanya dulu.
Cinta telah membutakan mata hatiku tentang kebaikan-kebaikannya padaku dan keluargaku. Ragaku menikah dengannya, suamiku, yang akrab dipanggil Hasan. Tapi jiwaku tak pernah menikahinya dan selalu mengelak. Pernikahanku dengan mas Hasan bukanlah pernikahan yang dilandaskan karena saling menyukai dan saling mencintai. Pernikahanku dengan mas Hasan karena orang tuaku merasa berhutang budi pada mas Hasan.
Mas Hasan adalah pengusaha kaos motivasi yang sukses. Kaos-kaos dari perusahannya telah diekspor ke dua puluh tiga negara di Eropa dan Amerika. Ia pengusaha muda yang sukses. Mas Hasan pernah mendapat penghargaan nasional sebagai pengusaha muda inovatif tahun 2012, 2013, dan 2014 oleh presiden SBY.
Ia pun seorang motivator dan penulis terkenal. Buku yang ditulisnya selalu menjadi bestseller dan menjadi buku-buku favorit para akademisi di range teratas. Sikapnya yang ramah kepada siapa saja membuatnya mendapat julukan “Supel Warm Moslem”. Namun semua itu, tidak membuatku kagum padanya atau merasa bangga telah menjadi istrinya.
Aku tidak pernah mencintainya seperti ia mencintaiku dengan tulus. Aku hanya mencintai dokter Aldrian, pacarku semasa aku kuliah di fakultas sastra. Aku sangat mencintai dokter Aldrian bahkan hingga saat aku telah menikah dengan mas Hasan. Aku pun sering berkencan dengan dokter Aldrian di cafe favorit kami dulu sewaktu kami masih kuliah di UNS.
Aku sering membuatkan strawberry shot cake untuk dokter Aldrian. Saat suamiku bertanya untuk siapa kue itu, aku selalu berbohong bahwa ada temanku yang memesannya. Saat ulang tahun Aldrian, aku tak pernah lupa membawakan hadiah sesuai dengan keinginannya disertai ucapan-ucapan mesra. Tapi tak pernah sekalipun aku mengucapkannya pada mas Hasan.
Dalam ingatanku, aku tidak pernah mengucap cinta pada mas Hasan. Tetapi mas Hasan tidak pernah lupa mengucapkannya padaku. Mas Hasan selalu meneleponku dan aku selalu malas mengangkatnya. Kadang pula, aku memarahinya karena hampir tiap jam ponselku berdering oleh teleponnya bahkan ketika aku sedang berkencan dengan Aldrian. Aku selalu merasa terganggu olehnya.
Aku tidak pernah peduli saat ia sakit. Namun sebaliknya, saat aku sakit, mas Hasan adalah orang paling khawatir terhadapku. Ia rela tidak masuk bekerja hanya untuk menemaniku, melayaniku, dan merawatku. Pernah suatu ketika, ia harus kehilangan investor besar untuk perusahaannya karena ia harus mengantarkanku ke rumah sakit waktu aku lecet terserempet sepeda motor. Ia langsung berlari dan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi ke rumah temanku untuk menjemputku dan meninggalkan investor itu.
Aku malu mengingat semuanya. Aku malu belum bisa membalas semua cinta dan pengorbanannya. Tanpa kusadari, bulir-bulir bening itu mengalir membasahi wajahku dan menghapus make up yang kukenakan. Sesaat kemudian, aku sudah tidak sadarkan diri. Hatiku berkecamuk, perih. Nanar menyaksikan semua skenario ini. Dokter tengah berjuang untuk mempertahankan hidupnya. Seluruh peralatan canggih telah digunakan untuk menyelamatkannya nyawanya dari penyakit livernya yang hampir tengah merenggut nyawanya.
“Oh, Tuhan berilah aku kesempatan sekali lagi untuk bisa memberikan cintaku padanya. Aku sadar ya Tuhan bahwa nyatanya diriku belum siap kehilangannya untuk selama-lamanya. Tuhan, beri aku kesempatan sekali saja untuk mencintainya dalam hidupnya walau hanya semenit waktu,” rontaku dalam tangisku.
Perlahan dokter Aldrian membuka pintu ruang ICU. Aku langsung menyerobot dan menubruk Aldrian. Jantungku berdetak kencang, sekujur tubuhku dingin, wajahku pucat pasi.
“Bagaimana keadaan mas Hasan?” tanyaku awut-awutan.
Aldrian menatapku tajam, ia tersenyum padaku dan kemudian berpaling dariku.

2 comments
 
Lautan Tintaku © 2012 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters