Siang ini sangat terik. Sinar matahari
menyengat kulit-kulitku meski sudah kututupi dengan jaket tebal dan
jilbab lebar. Siang ini sungguh sangat panas, sepanas hatiku yang
sedang merasakan sebuah kekecewaan karena sebuah kesetiaan yang
ternodai. Siang ini selepas kuliah, kubawa sepeda motorku melaju ke
kost. Ingin kulepaskan semua kesedihanku di sana.
Namun, di pinggir jalan aku melihat
sepasang kekasih. Mungkin bagi orang-orang, mereka tidak berarti.
Tapi bagiku, mereka sangat berarti dan penting. Sepasang kekasih yang
membuatku sangat kagum hingga aku menangis di jalan sembari
mengendarai kuda besiku. Semenjak pertama kali aku bertemu mereka
waktu aku masih mengenakan seragam putih abu-abu. Aku kagum pada
sepasang kekasih itu. Waktu itu, aku bertemu mereka di sebuah
angkutan umum. Mereka naik berdua, saat itu aku terpaksa harus
memberikan tempatku untuk sepasang kekasih itu. Mereka selalu
bersama, bergandengan tangan. Hal yang sama aku temui saat ini.
Sepasang kekasih itu masih terus bersama, memadu cinta, memadu kasih.
Masih tepat sama, mereka bergandengan tangan. Sebuah kesetiaan yang
tidak lekang oleh waktu, aku kagum pada sepasang kekasih itu. Aku
bangga pada mereka masih bisa mempertahankan cinta hingga sekarang.
Hal yang saat ini tidak aku miliki
Akankah suatu saat aku dan kekasihku
kelak akan memiliki kesetiaan seperti itu? Aku ingin mengungkapkan
kekagumanku pada mereka tapi ketika aku ingin bersua dan
mengungkapkan hal itu, mereka tidak bisa aku temui.
Kakek-nenek yang memadu kasih cintanya
dengan berjualan kemucing, berjalan berkilo-kilo meter. Nenek yang
menggandeng suaminya yang buta. Masya’allah, aku ingin menitikkan
air mata.
Allah, karuniakanlah kepada mereka
(sepasang kekasih itu, kakek-nenek) kebahagiaan. Aamiin.