Labels:

KUNCI KUASAI DUNIA


Sebuah obsesi yang sangat tinggi dari seseorang, yaitu  MENJADI ORANG YANG BERKUASA. Dengan menjadi orang yang berkuasa kita mampu mendapatkan apa yang kita inginkan dengan mudah. Namun terkadang kita lalai dan tidak tahu apa kunci untuk menguasai dunia itu. Padahal kunci itu bertebaran di depan kita di setiap saat, kita tidak sadar akan hal itu. Ternyata kita belum bisa menemukan kunci itu yang telah Allah bocorkan kepada kita sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Allah pun telah mengabadikan berita itu dalam kalam-Nya yang suci, Al-Qur’an Al-Karim.
Iqra’!”
“Bacalah!”         
Ini adalah sebuah kunci yang Allah kabarkan kepada makhluk-Nya untuk menguasai dunia. Ya, dengan membaca berarti kita telah memahami sesuatu. Kita juga diwajibkan untuk menuliskannya, menuliskan apa yang kita ketahui untuk kita ajarkan kepada sesama. Mengapa membaca dan menulis itu menjadi penting dan menjadi kunci untuk menguasai dunia? Hal ini telah terbukti dan dibuktikan sendiri oleh Rasulullah teladan kita, hingga beliau menjadi orang nomor satu yang berpengaruh di dunia di sepanjang zaman.
Rasulullah pun pernah mengajarkan pada sahabat-sahabatnya, beliau bersabda dalam sebuah hadits, “Sampaikanlah walau hanya satu ayat!”
Makna hadits ini menyuruh kita untuk menyampaikan ilmu yang telah kita pelajari, meski hanya sedikit. Ya, dengan menuliskannya dan menyampaikan apa yang telah kita ungkapkan dalam tulisan kita maka kita bisa menguasai dunia.
Kita bisa menggunakan berbagai media massa untuk menyampaikan ilmu yang telah kita pelajari. Bisa lewat media massa cetak, seperti koran, majalah, atau buletin juga bisa menggunakan media massa elektronik seperti internet, atau bahkan lewat handphone mungil kita yang setiap hari kita pegang.
Media massa bisa menjadi sarana yang sangat efektif untuk menyebarluaskan ilmu atau pengetahuan yang kita miliki. Lewat media massa kita bisa berdakwah, dakwah tidak melulu berdiri di atas mimbar, bukan? Lewat media massa kita bisa menguasai opini publik. Ya, menguasai opini publik sama saja menguasai dunia. Ketika opini bisa dikuasai maka kita bisa mengendalikannya sesuai kemauan kita, bukan? Kita tidak lagi menjadi aktor atau aktris tetapi kita sudah menjadi seorang sutradara, yang mengendalikan jalannya cerita.
Dengan menjadi sutradara kehidupan, kita juga akan bisa menegakkan dinul Islam. Nama Islam yang dilecehkan dan dikotori oleh musuh-musuh Allah bisa kita bersihkan kembali lewat media massa.
Tanpa sadar, karena pengaruh media massa yang kini dikuasai oleh kaum-kaum kapitalis dan musuh-musuh Allah, orang Islam sendiri menjelek-jelekkan Islam. Menganggap orang yang berpenampilan Islami, seperti berjenggot dan bercelana cingkrang, berjilbab lebar dan bercadar, atau yang mempunyai buku tentang jihad dianggap sebagai TERORIS.
TERORIS, kawanku.
Sebuah tanparan yang sangat kasar mendarat di pipiku. Sebuah peluru yang jitu menancap di dadaku. SAKIT!
Apakah kita diam saja menyaksikan kenyataan pahit ini? Mulai dari anak Rohis  dianggap sebagai cikal bakal teroris, pondok-pondok pesantren dicurigai, dan kegiatan-kegiatan Islam diintai terus menerus, hingga orang-orang tua melarang anak-anaknya mengikuti kegiatan-kegiatan Islam, melarang membaca buku tentang Islam. Apakah kita hanya diam saja? Membisu, kaku? Hanya itu?
Apakah kalian tidak marah agama kalian dilecehkan seperti ini? Apakah hanya berdiam diri kita bisa mengubah segalanya?
Kawanku, sebuah tulisan bukanlah segalanya, tetapi sebuah tulisan mampu mengubah dunia. Sebuah tulisan bisa membuat kita menguasai dunia.
Jangan biarkan dunia dikuasai oleh musuh-musuh Allah! Bergeraklah mulai sekarang! Kalau belum mampu memberikan kontribusi di dunia perbukuan, atau media massa cetak, kita bisa menggunakan media massa elektronik, menggunakan handphone kita, menggunakan facebook, blog atau situs jejaring sosial yang lain. Saling memberi tausiyah, saling mengingatkan dan sebagainya, insya’allah hal itu akan mendatangkan ridho dan pahala dari-Nya.

2 comments
Labels:

KUNCI KUASAI DUNIA


Sebuah obsesi yang sangat tinggi dari seseorang, yaitu  MENJADI ORANG YANG BERKUASA. Dengan menjadi orang yang berkuasa kita mampu mendapatkan apa yang kita inginkan dengan mudah. Namun terkadang kita lalai dan tidak tahu apa kunci untuk menguasai dunia itu. Padahal kunci itu bertebaran di depan kita di setiap saat, kita tidak sadar akan hal itu. Ternyata kita belum bisa menemukan kunci itu yang telah Allah bocorkan kepada kita sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Allah pun telah mengabadikan berita itu dalam kalam-Nya yang suci, Al-Qur’an Al-Karim.
Iqra’!”
“Bacalah!”         
Ini adalah sebuah kunci yang Allah kabarkan kepada makhluk-Nya untuk menguasai dunia. Ya, dengan membaca berarti kita telah memahami sesuatu. Kita juga diwajibkan untuk menuliskannya, menuliskan apa yang kita ketahui untuk kita ajarkan kepada sesama. Mengapa membaca dan menulis itu menjadi penting dan menjadi kunci untuk menguasai dunia? Hal ini telah terbukti dan dibuktikan sendiri oleh Rasulullah teladan kita, hingga beliau menjadi orang nomor satu yang berpengaruh di dunia di sepanjang zaman.
Rasulullah pun pernah mengajarkan pada sahabat-sahabatnya, beliau bersabda dalam sebuah hadits, “Sampaikanlah walau hanya satu ayat!”
Makna hadits ini menyuruh kita untuk menyampaikan ilmu yang telah kita pelajari, meski hanya sedikit. Ya, dengan menuliskannya dan menyampaikan apa yang telah kita ungkapkan dalam tulisan kita maka kita bisa menguasai dunia.
Kita bisa menggunakan berbagai media massa untuk menyampaikan ilmu yang telah kita pelajari. Bisa lewat media massa cetak, seperti koran, majalah, atau buletin juga bisa menggunakan media massa elektronik seperti internet, atau bahkan lewat handphone mungil kita yang setiap hari kita pegang.
Media massa bisa menjadi sarana yang sangat efektif untuk menyebarluaskan ilmu atau pengetahuan yang kita miliki. Lewat media massa kita bisa berdakwah, dakwah tidak melulu berdiri di atas mimbar, bukan? Lewat media massa kita bisa menguasai opini publik. Ya, menguasai opini publik sama saja menguasai dunia. Ketika opini bisa dikuasai maka kita bisa mengendalikannya sesuai kemauan kita, bukan? Kita tidak lagi menjadi aktor atau aktris tetapi kita sudah menjadi seorang sutradara, yang mengendalikan jalannya cerita.
Dengan menjadi sutradara kehidupan, kita juga akan bisa menegakkan dinul Islam. Nama Islam yang dilecehkan dan dikotori oleh musuh-musuh Allah bisa kita bersihkan kembali lewat media massa.
Tanpa sadar, karena pengaruh media massa yang kini dikuasai oleh kaum-kaum kapitalis dan musuh-musuh Allah, orang Islam sendiri menjelek-jelekkan Islam. Menganggap orang yang berpenampilan Islami, seperti berjenggot dan bercelana cingkrang, berjilbab lebar dan bercadar, atau yang mempunyai buku tentang jihad dianggap sebagai TERORIS.
TERORIS, kawanku.
Sebuah tanparan yang sangat kasar mendarat di pipiku. Sebuah peluru yang jitu menancap di dadaku. SAKIT!
Apakah kita diam saja menyaksikan kenyataan pahit ini? Mulai dari anak Rohis  dianggap sebagai cikal bakal teroris, pondok-pondok pesantren dicurigai, dan kegiatan-kegiatan Islam diintai terus menerus, hingga orang-orang tua melarang anak-anaknya mengikuti kegiatan-kegiatan Islam, melarang membaca buku tentang Islam. Apakah kita hanya diam saja? Membisu, kaku? Hanya itu?
Apakah kalian tidak marah agama kalian dilecehkan seperti ini? Apakah hanya berdiam diri kita bisa mengubah segalanya?
Kawanku, sebuah tulisan bukanlah segalanya, tetapi sebuah tulisan mampu mengubah dunia. Sebuah tulisan bisa membuat kita menguasai dunia.
Jangan biarkan dunia dikuasai oleh musuh-musuh Allah! Bergeraklah mulai sekarang! Kalau belum mampu memberikan kontribusi di dunia perbukuan, atau media massa cetak, kita bisa menggunakan media massa elektronik, menggunakan handphone kita, menggunakan facebook, blog atau situs jejaring sosial yang lain. Saling memberi tausiyah, saling mengingatkan dan sebagainya, insya’allah hal itu akan mendatangkan ridho dan pahala dari-Nya.

0 comments
Labels:

Liburan Saatnya Rubuhkan Tantangan!

Bangun Boys!
Banguan Girls!

Liburan bukannya saat untuk berpangku tangan dan bermalas-malasan.
Ranjang memang empuk dan enak. Tapi, percayalah jalanan dan medan pertempuran jauh lebih menyenangkan.
Jalanan dan medan pertempuran adalah sebuah kenyataan, bukan seperti ranjang yang hanya mampu memberi mimpi dengan kenyamanan.

Berbicara soal mimpi, ranjang memang ahlinya. Tapi, boys-girls, jangan biarkan mimpi hanya tinggal mimpi. Jangan biarkan kau dilenakan oleh kenyamanan tanpa perjuangan.

Satu sifat manusia yang membahayakan, yaitu kepalanya di penuhi dengan angan-angan. Namun apakah kau mau angan-angan hanya akan menjadi khayalan saja? Cukupkah? Apakah kau bisa hidup hanya dengan bualan?

Boys-Girls,
Kadang angan hanyalah sebuah bualan
Kadang hanya sebuah fatamorgana semata
Semakin kau dekati, semakin fana bukan?

Come on, bangkit!
Rajut mimpi menjadi sebuah kenyataan, meski liburan kita harusnya bukan banyak hiburan tapi harus mencoba banyak tantangan dan berusaha merubuhkannya.

Banyak hal yang harus kita lakukan.
Birul walidain bagi anak rantauan.
Bagi anak rumahan?
Waktunya berkarya dan memperluas wawasan, meeeen.

Siap???

2 comments
Labels: ,

Akhwat SKI on The Travel: Pati Episode


Pagi itu, ayam pun sudah mulai berkokok bersahut-sahutan melihat secercah cahaya lampu, seakan memang masa depan yang nyata dan menyenangkan telah di depan mata. Riang, seperti riangnya hatiku pagi itu.
Waktu menunjukkan pukul 04.00 WIB, selain suara kokok ayam yang bersahut-sahutan juga ada suara adzan silih berganti berkumandang dari desaku, dan desa-desa tetangga. Membangunkanku yang terlelap dalam mimpi panjang. Selimut yang membungkusku hangat terpaksa harus segera dilipat. Huft, denting jam tak mau untuk sekedar berhenti sejenak, putaran jarum jam semakin lama semakin terasa cepat, secepat detak jantungku yang terkaget-kaget karena jam pun telah menunjukkan pukul 04.30 WIB.
Aku pun segera berlari untuk membersihkan badan, berdandan dan berkemas-kemas. Semua peralatan yang kubutuhkan harus segera kumasukkan ke dalam tas kecilku. Pakaian ganti, makanan ringan, dan sedikit obat. Oh iya, tak lupa buku diaryku kumasukkan juga, takut kalau-kalau dibaca adik-adikku dan ibuku. Hehe… Kini pun aku siap berangkat dengan mengenakan gamis merah abu-abu, jilbab merah, sandal gunung, tak lupa juga jaket SKI FSSR UNS yang juga berwarna merah kukenakan. Kata buku yang pernah aku baca, warna merah itu menunjukkan warna yang penuh dengan semangat dan gelora api yang membara, maka aku pun juga harus semangat. Kalau masalah jalan-jalan, atau refreshing sich aku jagonya yang bersemangat. Eh, jantannya atau jagonya yang bersemangat yach? Hmm, emangnya ayam apa?
Jam tanganku kini telah menunjukkan pukul 06.37 WIB. Waaah, kayaknya aku bakalan telat nich. Janjiannya kan kita bertemu di terminal tirtonadi pukul 07.00 WIB. Waduuuh, bagaimana ya nanti? Kalau aku telat, masa’ harus ke Pati sendirian? Huft, Ayaaaaaah, ayo ngebuuuuuuuuut!
“Sreeet-sreeet-sreeet!” Wuish, Alhamdulillah, aku sampai di terminal tirtonadi pukul 07.06 WIB. Telat dikit tidak apa-apa, batinku. Setelah aku sampai di sana, astaghfirulloh tidak ada satu pun akhwat SKI. Apakah aku ditinggal? Tanyaku dalam hati.
Saat aku kebingungan mencari mereka, Alhamdulillah aku mendapatkan sebuah SMS yang membuat hatiku sedikit lebih tenang. SMS dari kabid Nisaa’, mbak Anisa, “Dek, mbak tunggu di pintu keluar barat.” Wuuush! Ciiiiiit! Sampai dech di hadapan mbak Anisa, mbak Wati dan Zulfa. Aku menyesal sudah telat. Maksudnya menyesal telat dikit, harusnya bisa telat lebih lama, dandan yang lebih rapi lagi, hehe… Aduuuh, kok lama-kelamaan aku jadi centil yach?
Kami pun menunggu teman yang belum datang. Tak lama kemudian, mbak Yati pun datang, Alhamdulillah, nambah satu personil lagi. Lamaaaaa, lalu ada pak satpam menghampiri kami, menyuruh kami ‘ngadem’ di ruang tunggu, eh nunggu di ruang tunggu ding.
Kesan pertama di terminal tirtonadi, sungguh sangat menakjubkan. Hanya satu kata yang ingin aku ucapkan, yang terdiri dari 3 fonem, dan 1 morfem bebas “WAW”. “Waaaah AC, dingiiiiin mak nyeeeessss,” kataku selanjutnya, dalam hati.
Selain disambut dengan udara dingin dari AC-AC yang terpasang dipinggir-pinggir dinding, kami disambut oleh Spongebob. Hihi, maksudnya setelan LCD besar di antara sekat-sekat tempat duduk yang kami pilih, filmnya Spongebob. Membuat perutku sakit, nahan tawa.
Haduuuw, udah jam 07.30 WIB kok mbak Hanik dan Pipin juga belum dateng ya? Kemanakah mereka? Lama kami menunggu, dan akhirnya satu persatu datang. Syukurlah, perasaanku sedikit lebih ringan, tinggal nunggu bisnya.
Sudah setengah jam menunggu bis, kok tidak datang-datang ya? Adanya bus-bus eksklusif jurusan Yogjakarta dan Jakarta. Karena tidak sabar, akhirnya kabid nisaa’ kami memutuskan untuk menelepon mbak Mila. Wah, ternyata kami salah tempat. Bus Jurusan Pati, Blora, Purwodadi mah adanya di terminal bagian timur, eh ini malah nunggu di bagian barat. Alamaaak, harus jalan jauh lagi. Tapi tidak mengapa, inilah yang disebut dengan “Traveling”. Kalau tidak nyasar-nyasar ya bukan traveling namanya, gregetnya tidak ada.
“RELA-RELA-RELA”
“Rela, mbak?” tanya seorang laki-laki kepada rombongan akhwat SKI.
“Pati, Pak?”
“Ya, Rela. Silahkan naik!”
Dahiku berkerut-kerut memikirkan makna kalimat demi kalimat yang terlontar oleh dua orang tadi. Huft, inilah salah satu keunikan bahasa. Keunikan mempelajari sastra terutama linguistik atau lebih dikerucutkan pada pragmatik. Lihat saja kalimat pertama yang dilontarkan dan kalimat jawaban yang terucap! Apakah nyambung kalau dipikir-pikir? TIDAK! Tapi maksudnya bisa ditangkap, bukan?
Okey, tadi itu bukan apa-apa, hanya awalan saja. Hehe, awalan kok panjangnya minta ampun. Inti dari perjalanan kami baru akan dimulai. Jangan bosan membacanya ya! Ikuti terus traveling kami di himmaaliyahsk.blogspot.com. Hah, malah promosi blog.
Kami pun mulai menapaki tangga-tangga bus yang lumayan curam. Aku duduk di dekat jendela, bersama dengan Zulfa. Sedang mbak Anisa dengan mbak Yati, mbak Wati dengan Pipin, mbak Hanik sendirian. Baru menaiki bus dan belum apa-apa mbak Yati sudah mabuk, padahal bus juga belum dikemudikan. Apakah ini awal yang buruk atau malah menjadi awal yang menyenangkan? Ikuti saja terus tulisan ini sampai habis! :p
Yeeeei, perjalanan dimulai jugaaaa. PATIIIIIIII I’M COMING. MBAK MILAAAAA-KUN, I’M COMING.
Di sepanjang perjalanan ke Pati, adalah perjalanan yang paling mendebarkan sedunia. Perjalanan dengan menggunakan bus Rela. RELA, nama bus yang akan membawa kami sampai ke Pati, rumah mbak Mila. RELA, ya benar Rela namanya. Kita harus rela apapun yang terjadi, rela diperlakukan apapun di dalam bus, rela berkorban, rela kehilangan, dan macam-macam rela yang lain yang tidak perlu disebutkan satu persatu, dan semua orang pun sudah tahu. RELA, bus yang memerlukan semangat membaja. Jantung dipertaruhkan, jika hendak menaiki rela. Memerlukan mental dan fisik yang kuat, jika kamu hendak menaiki rela. Jadi persiapkan mental dan fisikmu terlebih dahulu sebelum naik rela, jangan sampai mental dan fisiknya asal-asalan nanti tidak bakal tahan.
Benar-benar harus menyiapkan mental dan fisik yang kuat dan tangguh. Banyak godaan menghampiri. Para pengamen yang silih berganti menghibur diri, walau kami tidak sampai hati tapi kami terpaksa mengikuti sajian yang dipersembahkan untuk kami. Sebuah lagu fals yang mereka nyanyikan, dengan sedikit bantuan alat musik ketipung murahan, kami terpaksa ikut bergoyang. Hati kami mengingkari, kami tidak menyukai, tapi terpaksa mengikuti. Hah, semua ini gara-gara kita harus rela. Yach, seperti apa yang telah kuungkapkan tadi. Rela, seperti nama busnya dan memang mengidentifikasikan agar kita rela dalam keadaan apapun, dalam kondisi apapun. Kata pepatah Jawa, kita harus lila legawa.
Di dalam bus, kami mencoba untuk tidur tetapi selalu gagal. Berkali-kali Rela terpaksa harus direm secara mendadak, membuat kepalaku berkali-kali terbentur jog tempat duduk. Berkali-kali juga hampir menabrak truk, bus dan yang terparah adalah menabrak delman, menabrak kuda. Benar-benar senam jantung. Deg-degannya melebihi naik halilintar di Dufan.
Pening kepalaku terbentur terus menerus, selain karena terbentur juga pening karena lagu yang diplay di sepanjang perjalanan adalah lagu-lagu lawas, Crisye. Jadi inget perjalanan pulang dari Blora ke Solo bersama anak-anak FLP, kang Nass, dan mas Ngadiyo. Mereka penggemar lagu-lagu lawas, dan terpaksa aku mendengarkan mereka menyanyi dengan asyiknya. Yach, tak mengapalah mereka menyanyi seperti itu, menikmati masa muda mereka dalam masa tua mereka.
Balik lagi ke Bus Rela. Kami terpaksa berkali-kali menghembuskan nafas panjang-panjang untuk menenangkan detak jantung yang semaikn lama semakin cepat. Sopir yang ugal-ugalan, yang selalu menyalip para truk-truk yang lewat di jalan yang menikung membuat kami selalu was-was. Didukung pula, suasana hutan dan jalanan yang berkelok-kelok, semakin menambah horor perjalanan kami. “Tiduuur, tiduuur, sayang,” berkali-kali kalimat itu terucap untuk diriku sendiri, tapi sial tak pernah berhasil.
Yach, akhirnya. Akhirnya aku sungguh terharu, kami sampai di terminal Purwodadi dengan selamat. Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah menyelamatkan kami dari “sebuah kerelaan yang harus menjadi tumbal ketika berada di dalam bus rela”.
Aku kira perjalanan mendebarkan itu sudah usai. TIDAK, ternyata masih ada satu bus lagi yang harus kami tumpangi. Bus kota jurusan Pati. Bus mini ini juga tidak kalah horor dari bus rela tadi. Video yang diplay di sepanjang perjalanan, membuatku mengelus dada. Horor. MONATA, Tahu? Aku kira kalian sudah tahu. Monata adalah grub dangdut sejanis SONATA. Penyanyinya sexy-sexy, mengumbar aurat, membuat para lelaki utamanya lelaki hidung belang tertarik-tarik, bak magnet. Pakai acara sawer-saweran lagi. Tahu tidak, penyanyi-penyanyi itu menyanyi dalam rangka apa? Halal bihalal, men. HALAL BIHALAL, loh. Astaghfirulloh. Selepas lebaran harusnya kembali suci kok malah kembali terkotori dengan melihat hal-hal yang tidak berhak dilihat. Horornya lagi tidak hanya tentang itu, tetapi juga medan jalan yang kami lewati tidak mendukung sama sekali, semuanya serba menyeramkan. Jalanan ‘krowak’, emm maksud saya berlubang, berlumpur, karena memang di sana adalah raja padas. Konon katanya di situ akan dibangun pabrik cabang semen gresik, tetapi batal karena ditentang oleh warga setempat. Alhamdulillah lah, alam tidak akan dirusak.
Kanan kiri jalanan yang kami lewati adalah hutan, sawah, dan ladang jagung. Mengherankan bagiku, banyak desa-desa yang tidak mempunyai gapura, yaaa minimal papan nama lah. Jangankan gapura, papan nama desa pun tidak ada. Tapi, kondektur atau lebih akrab disebut dengan ‘kernet’ hafal sekali desa-desanya meski tidak mempunyai papan nama. Ada juga pondok-pondok pesantren yang letaknya jauh di tengah peladangan jagung, menyepi, menyendiri. Tidak begitu tahu pesantren apa, tapi pokoknya ada lah.
Lanjut lagi ya? Jam tanganku menunjukkan pukul 11.35 WIB. Sejam perjalanan terminal Purwodadi-Pati Selatan, sampai juga di rumah mbak Mila.  Kami disambut hangat oleh Ibu dan keponakannya (Alba namanya) dan lebih hangat lagi kami disambut oleh berbagai makanan yang tersaji di ruang tamu. Subhanallah, perut kami sudah keroncongan. Setelah berbasa-basi sebentar, dan setelah kami dipersilahkan untuk mencicipi anekan jajanan yang disediakan, kami pun segera melahapnya habis. Bersisa, sih tapi yaaa gitu lah namanya orang kelaparan.
Istirahat sebentar sambil mengisi perut yang sedari tadi keroncongan, kami pun segera memenuhi panggilan adzan. Sholat berjamaah. Setelah itu, kami makan besar. Waw, mbak Milaaaa, tanteeee, terima kasih, kami sangat merepotkan ya? Maaf ya! :’)
“Klik”
Hmmm, MNCTV, India leeen acara TV-nya. Siapa sich yang tidak suka film india? Kebetulan kami semua menyukai film-film India. Pikiranku jadi melayang-layang lagi, ingat film SKI FSSR UNS yang menjadi juara satu, HITAM PUTIH 3, bentuk filmnya india-indianan. Lucu pokoknya kalau kamu lihat. Pingin lihat? Search saja di youtube, insya’allah sudah diupload kok. Kami serempak nonton film India di MNCTV, Kabhi Kushi Kabhi Gham, serunya nobar, nonton bareng. Penuh dengan kebersamaan.
Lalu setelah sholat ashar, kami harus segera keluar rumah karena kami harus segera melanjutkan perjalanan atau traveling kami ke alas, sebenarnya sich tidak sesuai disebut alas, lha wong gunung kapur kok. Untuk mencapai tempatnya kita tidak butuh waktu lebih dari 5 menit, kan tempatnya pas di depan rumahnya mbak Mila, tinggal sedikit menerabas kebun orang dengan berjalan kaki.
Mulai dech narsis-narsisannya, ceprat-cepretnya. Aku mah kali ini tidak mau pegang kamera, hihi…padune mau dicepret terus. Kami naik ke atas bukit kapur yang tinggi. Setelah sampai di puncak, masya’allah pemandangannya luar biasa. Takjub dengan kekuasaan-Nya yang maha indah.
Angin sepoi-sepoi menyuarakan riangnya hati kami. Seolah menjerit, berbahagia menyambut kedatangan kami.
Ya Allah, sungguh indah sekali alam ciptaanMu. Dari atas sana, kami bisa melihat sawah-sawah membentang luas, ladang-lagang jagung dan jalan-jalan raya bagai garis-garis melintang di antara persawahan dan peladangan.
Karena sudah terlalu sore, dan matahari hampir tenggelam ya sudah kami balik ke rumah mbak Mila, ngantri mandi.
Yaaach, disambut lagi dengan jagung bakar. Mantap, dingin-dingin makan jagung anget. Perjalanan malamnya hingga pulang ke Solo kembali tidak usah diceritakan ya? Ini sudah jam 23.01 WIB, aku ngantuk. Padahal sebenarnya aku mau nulis tentang “Transaksi Rumah Tangga” eh malah nulis ini. Ya sudah, yang tentang itunya besok saja lah di kampus. Semangaaaaat! Semangat apa ya? Bobo’? Hu’um :D
Intinya perjalanan ke Pati sangat seru. Terima kasih untuk mbak Mila dan keluarga yang telah menyediakan konsumsi gratis untuk kami. Muach, ini ciuman mesra untukmu mbak Milaaaaa-kun. :p
ARIGATO
GOMENASAI
:D

Pati, 12-13 Januari 2013

0 comments
Labels: , ,

Tahsin dan Tahfidz Al-Husnayain

Muqadimah

Segala puji bagi Allah yang telah mengangkat derajat ahlul Qur’an di dunia dan akhirat. Sholawat dan salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya sampai hari kiamat.
Membaca Al-Qur’an dengan baik merupakan suatu kewajiban yang mengikat bagi setiap muslim. Sebagaimana firman Allah :

Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. (QS. Muzammil : 4)

Dan ini sangat dicintai oleh Allah SWT sebagaimana sabda Rasulullah SAW

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ أَنْ يُقْرَاَ اْلقُرْآنَ كَمَا اُنْزِلَ

 “Sesungguhnya Allah menyukai Al-Qur’an dibaca sebagaimana  ia diturunkan” (HR. As Sijzi dari Zaid bin Tsabit Ra, Syaikh Al Bani mendhaifkan hadits ini dalam dha’if jami’ ash shaghiir hadits nomor  3642)

Al-Qur’an diwahyukan Allah melalui Jibril ‘alahisalam kepada Rasulullah SAW dengan bacaaan yang tartil. Begitu juga  Rasulullah SAW membaca dan mengajarkan kepada sahabatnya dengan bacaan yang tartil. Para sahabat  Rasul  membaca dan  mengajarkan kepada para tabi’in juga dengan bacaan yang tartil , begitu seterusnya.
Membaca Al-Qur’an dengan bagus memungkinkan seseorang mengajarkan al-Qur’an kepada orang lain, karena kegiatan semacam ini  merupakan sebaik-baik kegiatan.

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”

Demikian juga perlu dipahami hadits berikut :

المَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ اْلكِرَامِ اْلبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَاُ اْلقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌ فَلَهُ أجْرَانِ  (رواه البخاري  و أبو داود)

“Orang yang ahli dalam Al-Qur’an bersama dengan para malaikat pencatat yang mulia dan lagi taat, dan orang yang terbata-bata membaca Al-Qur’an dan susah payah mempelajarinya maka baginya pahala dua kali lipat”.

Hadits tersebut menjelaskan kedudukan orang yang bagus bacaan Al-Qur’an nya, oleh para ulama ditambahkan penjelasannya, bahwa ukuran mahir (ahli) selain bagus bacaannya maka dia harus hafal, faham dan mengamalkan isi kandungannya.
            Menghafal  Al-Qur’an merupakan kebutuhan ummat sepanjang zaman. Sebuah masyarakat tanpa penghafal Al-Qur’an akan sepi dari suasana Al-Qur’an yang semarak. Pada zaman Rasulullah SAW penghafal Al-Qur’an mendapatkan kedudukan khusus sampai ketika mereka mendapatkan syuhada.
Para ulama mengkatagorikan bahwa menghafal Al-Qur’an sebagai kewajiban kifayah (yang secara etimologi berarti cukup). Maka apabila dikaitkan persoalan tersebut dengan melihat kondisi ummat Islam khususnya Indonesia jumlah penghafal Al-Qur’an masih tergolong jauh dari cukup. Dengan demikian perlu menggalakkan pendirian lembaga-lembaga Al-Qur’an yang mampu menyajikan pengajaran Al-Qur’an secara Integral, dan ditangani secara Profesional.
Disamping itu masyarakat hendaknya memotivasi secara terus menerus kepada mereka yang memiliki  bakat dan semangat kuat untuk menjadi Hafidzul Qur’an seperti dalam bentuk  beasiswa, hadiah-hadiah dan lain-lain.

Visi
            Terbentuknya Generasi Qur’ani.

Misi 
-          Menanamkan rasa cinta membaca Al-Qur’an kepada masyarakat muslim.
-          Mengakrabkan masyarakat muslim terhadap Al-Qur’an.
-          Memotifasi secara intens dan memfasilitasi terhadap masyarakat muslim yang memiliki semangat dan bakat yang kuat untuk menjadi hafidzul Qur’an.
-          Mencetak kader da’i  yang memiliki kecintaan terhadap Al-Qur’an dan siap berjuang untuk Al-Qur’an.
-          Membentuk  kesadaran secara merata  ditengah-tengah masyarakat, mulai dari kalangan bawah, menengah sampai kalangan atas, bahwa Al-Qur’an adalah manhajul hayah (pedoman hidup) yang dapat menyelamatkan hidupnya.

Nama Program
            Griya Qur’an “al Husnayain”
Program Griya Qur’an al Husnayain adalah merupakan sebuah program pengkaderan generasi Qur’ani yang diwujudkan dalam bentuk lembaga pendidikan al Qur’an secara professional. Dimana lembaga pendidikan al Husnayain tidak berada dibawah organisasi atau kelompok tertentu dan tidak berafiliasi pada golongan atau jama’ah tertentu.

Bentuk Program
1.      Program Tahsin tilawah Al-Qur’an
2.      Program Tahfidzul Qur’an (tanpa mondok, dengan mondok part time dan dengan mondok full time)
3.      Program Tafsirul Qur’an  (sebagai penunjang program tahfidz)
4.      Pelatihan tenaga pengajar Al-Qur’an secara Profesional.

Keterangan : 

NO
BENTUK PROGRAM
RENCANA PEMBELAJARAN
1
Tahsin tilawah Al-Qur’an
3 Bulan – 6 Bulan
2.a
Tahfidzul Qur’an (tanpa mondok)
3 Tahun
2.b
Tahfidzul Qur’an mondok part time
2 Tahun
2.c
Tahfidzul Qur’an mondok full time
1 Tahun
3
Tafsirul Qur’an
1 pekan sekali
4
Pelatihan tenaga pengajar Al-Qur’an secara Profesional
Insidental

Keterangan rencana pembelajaran :
1.      Program tahsin
-          Kegiatan belajar mengajar (KBM) dilaksanakan selama 3-6 bulan
-          Masuk tiga (3) kali dalam sepekan dengan model pembelajaran penguasaan teori dan praktek tahsin tilawah.
2.      Program tahfidz
a.      Tahfidz tanpa mondok
-          Kegiatan belajar mengajar (KBM) dilaksanakan selama 3 Tahun, maksimal 4 tahun.
-          Masuk 3 kali dalam sepekan.
b.      Tahfidz  mondok part time
-          Maksudnya peserta griya qur’an (santri) tinggal diasrama griya qur’an wajib mengikuti kegiatan yang dilaksanakan griya qur’an tetapi mereka belajar (sekolah/kuliah), bekerja diluar asrama.
-          Kegiatan belajar mengajar (KBM) dilaksanakan selama 2 Tahun, maksimal 3 tahun.
-          Masuk setiap hari kecuali hari  libur.
c.       Tahfidz  mondok full  time
-          Maksudnya peserta griya qur’an (santri) yang sepenuhnya tinggal diasrama griya qur’an atau pondok al Husnayain dan wajib mengikuti kegiatan yang dilaksanakan griya qur’an.  
-          Peserta (santri) adalah mereka yang telah lulus seleksi untuk mengikuti program tahfidz full time.
-          Kegiatan belajar mengajar (KBM) dilaksanakan selama 1 Tahun, maksimal 1,5  tahun.
-          Masuk setiap hari kecuali hari  libur.

Peserta Program
Remaja putri dan ibu-ibu muslimah

Sasaran program
-          Siswi SMA/sederajat di Surakarta
-          Mahasiswi perguruan tinggi di Surakarta
-          Ibu-ibu muslimah
-          Remaja putri  minimal lulus SMA/sederajat

Waktu Pelaksanaan Program
Kegiatan program-program griya Qur’an al Husnayain dilaksanakan sesuai dengan kalender akademik griya Qur’an  sedangkan  jadwal program tahsin, dan tahfidz tanpa mondok pelaksanaannya berdasarkan jadwal yang sudah disepakati oleh pihak pengampu dan peserta.

Tempat Kegiatan Program
            Griya Qur’an al Husnayain Center
Jl  Gunung Kawi  No. 38   Rt.01/11 (Bonoloyo)  Kadipiro,  Banjarsari, Surakarta  Jawa Tengah.

0 comments
Labels: , ,

Siluet Masa Lalu


Sebuah petualangan hidup yang tembus pada kisah masa lalu. Siluet-siluet itu mencoba hadir kembali, di sini, saat ini, di masa depanku. Aku terpana, terpaku, memandangnya. Tak terasa bulir-bulir bening menetes dan membanjiri pipiku yang kemerahan. Aku hanya duduk terpaku menyaksikan mereka bersorak-sorai di samping panggung.
Aku seperti melihat masa laluku yang indah. Masa lalu yang begitu melekat erat dalam hidupku. Kerinduan itu kini sedikit terobati.
Kenangan itu terbuka kembali dan aku bisa melihatnya dengan jelas. Ketika dahulu aku berseragamkan baju muslim ala TPA. Aku masih ingat, aku memakai ukuran S seperti ukuranku saat ini ketika aku membeli baju. Warnanya hijau seperti warna kulit telur bebek.
Aku masih ingat. Tak pernah aku menangis, tak pernah aku bersedih. Masa-masa TPA penuh arti, penuh keceriaan. Perasaanku ringan kala itu, seperti tidak ada beban sedikitpun di pundakku. Aku selalu tersenyum, tertawa, dan bahagia. Ditambah lagi prestasi-prestasi yang kuraih hingga aku menjadi lulusan tercepat mengkhatamkan iqra’ 1 sampai 6, hingga pada akhirnya ketika aku kelas 4 SD aku telah mengajar TPA.
Aku ditugasi membantu adik-adikku membaca huruf hijaiyyah. Kadang aku gemas sekali, huruf yang sangat gampang ini, kenapa mereka begitu sulit untuk mengucapkannya? Gerutuku. Astaghfirulloh, begitu sombongnya diriku ini. Aku harus membuat mereka segera bisa membacanya, bahkan mereka harus lebih pintar dari aku. Azzamku kemudian.
Aku senang sekali mengajar TPA, semangat menggebu dengan seluruh tenaga yang aku punya. Semangatku bertambah, ketika tiap jadwal hari TPA adik-adik bergerombol pergi ke rumahku untuk menjemputku. Mereka dengan wajah polosnya memohon-mohon padaku untuk segera hadir dan mengajari mereka membaca iqra’.
Aku rindu masa-masa itu. Sangat, dari dasar lubuk hatiku, karena semakin umurku bertambah kesibukan lain mengalihkanku. Apalagi semasa SMA yang super sibuk dengan organisasi, juga dikarenakan jarak rumahku yang sangat jauh dari SMA membuatku tidak bisa lagi berhubungan dengan mereka. Hubunganku dengan mereka benar-benar terputus ketika aku tidak dianggap lagi sebagai golongan mereka, para RISMA. Perbedaan. Sebuah perbedaan membuatku dan teman-temanku saling menjauh, di ufuk barat dan timur.
Aku rindu masa-masa itu. Aku pun malu, sebagai aktivis dakwah kampus (ADK) tetapi tidak bisa mengkader adik-adik di waktu kecil. Padahal masa kanak-kanak adalah masa kekemasan dan rawan terpengaruh, tetapi kenapa aku mundur teratur? Kenapa? Keegoisan telah membuatku seperti ini.
Aku ingin kembali merasakan masa-masa dipanggil sebagai seorang ustadzah. Aku ingin mengajar, juga mendidik. Aku ingin menjadi inspirasi untuk mereka, tetapi… aku terlalu rapuh untuk itu.
Terima kasih untuk teman-temanku, aku bisa kembali merasakan hal itu lagi meski hanya dengan melihat. Kemarin, 23 Desember 2012 di desa Jati, kecamatan Jaten, kabupaten Karang Anyar, aku bisa melihat antusiasme adik-adik mengikuti JAMBORE SANTRI. Kecerianmu juga keceriaanku, kebahagiaanmu juga kebahagiaanku. Aku menyayangi kalian.
Kalian tahu, dalam hati aku menjarit. Kalian sangat bersemangat menghafal Al-Qur’an sedang aku yang berazzam menjadi seorang hafidzah, justru malah santai, berleha-leha, berpanku tangan, kadang masih berbuat maksiat. Astaghfirulloh.
Terima kasih adik-adikku yang imut telah mengingatkanku, memberi inspirasi. Kau inspirasiku saat ini. Terima kasih, kini aku harus bisa. Kita sama-sama ya?! :D

0 comments
 
Lautan Tintaku © 2012 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters