Teringat ketika kanak-kanak, ketika mendengar musik India.
Hati tergerak untuk segera mengambil selendang dan berjoget mengikuti irama.
Menari-nari seperti tiada beban, tanpa dosa yang bergelantungan dan ceria tiada
tara. Menari-nari riang dengan senyuman yang mengembang, tidak ada rasa malu
sedikit pun. Huft, masa kanak-kanak yang tidak pernah terlupakan. Masa yang
indah. Masa di mana belum mengerti akan amanah dan tanggung jawab.
Ingin rasanya kembali ke masa itu. Ceria dan selalu dimanja.
Bahagia dan selalu dicumbu mesra oleh ayah-bunda. Kini? Semakin dewasa justru
semakin merana. Karena apa? Tugas dan tanggung jawab yang dipikul semakin
banyak. Ditambah lagi hidup sebagai anak pertama, kakak dari adik-adikku.
Terasa semakin berat saja. Keteladanan? Ya, sebuah keteladanan yang harus
kuberikan kepada mereka. Kehati-hatian dalam bertindak harus sangat
diperhatikan, karena semua akn dilihat dan dijadikan contoh.
Anak pertama sebagai tolok ukur berhasil atau gagalnya
orangtua mendidik anak-anaknya. Anak pertama yang selalu dijadikan ukuran dari
segala bentuk sebab dan akibat. Anak pertama. Ya lagi lagi anak pertama. Aku
anak pertama sebagai mahasiswa. Dirasa masih kanak-kanak, tapi tahukah kamu
bagaimana rasanya sebagai anak pertama yang hidup di desa sekaligus sebagai
mahasiswa? Mahasiswa di desaku sangatlah jarang bahkan akulah satu-satunya dari
generasiku. Dan ini adalah tanggung jawab yang besar bagiku, mengingat kata-kata "Bali deso, bangun deso"
0 comments:
Post a Comment