Labels:

JANGAN KOTORI JILBABMU!


Biar kuceritakan sebuah kisah yang insya’allah menjadi pengingat untuk kita semua sebagai seorang ikhwan, sebagai seorang akhwat yang ngakunya aktivis dakwah, sebagai seorang muslim, dan sebagai insan ciptaan-Nya.
30 Oktober 2012
Hari ini aku dikejutkan dengan sebuah folder di flashdisk temanku yang sengaja aku pinjam untuk menyimpan tugas karena pada waktu itu aku baru saja kehilangan flashdisk kesayanganku. Aku melihat foto-foto yang tidak pantas ada dalam flashdisk itu, bukan sebuah foto pornografi, tapi bagiku lebih menakutkan dan menyeramkan dibanding dengan melihat foto pornografi. Sungguh, aku tidak sengaja melihatnya. Awalnya aku kira foto-foto itu hanyalah virus dari internet karena memang flashdisknya baru saja aku tancapkan di komputer umum di perpustakaan kampusku. Tapi ternyata bukan. Itu foto asli, foto yang membuat hatiku teriris-iris dan ketar-ketir.
Foto itu membuatku tak berdaya, marah, emosi, sedih, rasa bersalah, menyesal, semua perasaan itu berkecamuk dalam hatiku. Aku benar-benar tidak bisa membendungnya hingga akhirnya aku melelehkan airmata dari dua bola mataku. Kemudian, ada seorang sahabatku yang menghampiriku di kamar kostku, menanyaiku kenapa kamu menangis. Aku hanya beku, membisu, tak berkata sepatah kata pun. Aku hanya bisa menatap foto-foto itu. Dengan tanggap salah satu sahabatku itu menengok laptopku yang menyala, dan ia pun langsung terkulai lemas menyaksikan foto-foto itu. Kemudian kami berdua menangis berdua, dalam kelamnya dan dinginnya malam.
Astaghfirulloh.
Berkali-kali kami mengucap istighfar menyaksikan foto-foto itu, antara percaya dan tidak. Laki-laki itu memang sudah dekat dengannya sejak SMP. Mereka selalu bersama, bahkan mereka sudah menganggap satu sama lain saudara. Namun, aku menangkap ada hal lain dalam hati sang laki-laki karena seringnya sang laki-laki menelepon akhwat itu.
“Telepon dari sapa?” tanyaku tempo dulu.
“Mas R”
“Owww…., kayaknya masnya kaya banget ya teleponnya standby 24 jam non stop? Emangnya kamu gak merasa terganggu?”
Si akhwat hanya nyengir.
Ketika di telepon laki-laki itu, si akhwat kelihatan sangat galak sekali seolah-olah ia tidak suka. Kalau tidak suka kenapa masih diangkat, pertanyaanku? Kenapa tidak di non aktifin aja atau bilang dengan tegas pada laki-laki itu, jangan pernah mengganggu lagi. Tapi nyatanya akhwat itu tidak melakukan hal yang demikian. Ia justru malah sering mengangkat telepon dari laki-laki itu, bahkan sekali telepon bisa berjam-jam dan sehari ada banyak telepon, belum lagi SMS-SMS yang berdatangan. Astaghfirulloh, begitu intensifnya mereka.
Kembali pada foto tadi. Aku tidak mengira kalau dia bisa melakukan hal itu. Si akhwat tidur di pangkuan laki-laki itu dan laki-laki itu memeluknya. Na’uzubillah mindzalik. Seorang akhwat dengan jilbabnya yang lebar. Sedang laki-laki itu kuliah di fakultas ilmu agama Islam.
Awalnya aku dan sahabatku tadi berpositif thinking, mungkin mereka sudah menikah. Aku mencoba meng-SMS si akhwat tersebut, menanyakan apakah dirinya sudah menikah dengan laki-laki itu, ternyata jawabannya membuatku semakin terluka. Belum, jawabnya singkat. Astaghfirulloh, berarti ia telah mengotori jilbabnya dan menanggalkan hijabnya.
Sebagai seorang teman yang melihat temannya seperti itu, apa yang kamu rasakan? Kecewa, marah, sedih, menyesal, dan  rasa-rasa yang tidak mengenakkan berkumpul di dada bukan? Menyesakkan. Kegagalan seorang teman dalam merangkul temannya.
CATATAN:
Jilbab adalah simbol ketaqwaan dan pakaian taqwa, seorang yang berjilbab sudah barang tentu harus menjaga hijab. Tetapi di zaman globalisasi yang katanya modern dan canggih, justru malah menawarkan pergaulan bebas. Mindset muslimah diubah dengan begitu mudahnya. Orang tidak bisa membedakan, mana berhijab, berjilbab, dan berkerudung. Sekali lagi karena ulah media yang mengeksplorasikan dakwah orang-orang yahudi dan nasrani. Berkerudung itu hanya menutup kepala, sedang berjilbab itu menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Berhijab? Berhijab itu menjaga hubungan terhadap lawan jenis atau hal-hal yang dilarang oleh agama. Idealnya bagi seorang muslimah adalah berhijab dan berjilbab, bukan berkerudung atau berjilbab saja.
Berjabat tangan terhadap non mahram saja tidak boleh apalagi berpelukan?
Konsekuensi muslimah yang berjilbab adalah menjaga hijabnya dan menjaga izzahnya, bukan malah mengotorinya seperti kisah tersebut. Jilbab adalah pakaian taqwa, tidak sepantasnya kita mengotorinya seperti itu. Mungkin diri kita dijadikan tauladan bagi orang lain, jadi kita harus memberikan tauladan yang baik. Intinya, jangan tanggalkan hijabmu karena cinta semu! Jangan tanggalkan jilbabmu karena nafsu!
Dukung Gerakan Hari Menutup Aurat Dunia!
Bukan dibuka tapi dijilbabi dan dihijabi! Bukan dibalut tapi ditutupi! Kenalkan pakaian taqwa yang sesungguhnya, jilbab-hijab. Tidak transparan, tidak ketat atau tabaruj, tidak menyerupai punuk unta, menutup dada, lebar, kain yang tebal, dan jangan lupa memakai kaos kaki yach! Karena kaki juga aurat ^_^

0 comments:

 
Lautan Tintaku © 2012 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters