Labels: ,

Ramadhan (Episode Kehilangan)


Kurasakan kembali rasa sejuk itu. Seperti menegguk semangkuk es buah ketika berbuka puasa. Bersama keluarga kurasakan sebuah kebahagiaan. Yang dulu sempat menghilang. Aku merindukan saat-saat bersama, berkumpul, berbagi cerita, tertawa bersama dan kini kurasakan kembali masa-masa itu. Alhamdulillah ya Robby. Hari-hari tanpamu terasa sangat sepi. Namun hari ini kita kembali menorehkan kisah cinta.


Huhf, benar ya? Kita baru akan merasakan kalau sesuatu itu berharga ketika kita telah kehilangan sesuatu itu. Semenjak seminggu yang lalu kurasakan suatu yang berbeda. Sesuatu yang tak biasa. Suatu yang asing yang menyeruak, memaksa masuk ke relung-relung hatiku. Saat kurasakan engkau pergi. Ada sesuatu yang berbeda hadir. Rasanya pahit dan asin. Hilang. Tenggelam. Sungguh aku tak rela bila kau pergi dariku. Aku terlalu mencintaimu. Namun, kau harus pergi. Ini keputusanmu. Meski berat, aku hargai semua itu. Tetep semangat ya!

Awalnya aku benar-benar tidak rela akan kepergianmu. Aku takut kau terpengaruh. Kadang lingkungan lebih mendominasi meski hati melawan dengan kukuh. Aku takut sekali engkau semakin berubah. Aku mencoba menepis rasa takutku itu. Namun aku tak bisa, karena lingkungan di sana memang seperti itu. Membahayakan dirimu. Aku sungguh sangat menyesal dahulu pernah mengusulkan ini. Aku mencoba menebus kesalahanku, lalu aku temui ustadzah itu. Setelah melihatnya, keraguanku dan ketakutanku perlahan-lahan menghilang. Semoga benar, engkau akan terjaga di sana.

Mungkin saat ini kau sedang sendirian. Aku ingin menemanimu, namun jarak telah memisakan kita. Ini saat berbuka. Kadang aku menyesalkan hal ini. Engkau makan apa di sana? Enakkah masakannya? Pikiran itu menyeruak, sedang di sini aku makan enak. Bagaimana denganmu? Tetap puasa kan?

Maafkan aku, kalau kau sedang di rumah, aku selalu memusuhimu dan menjadikanmu babu. Menyuruhmu ini dan itu. Tak segan-segan aku memarahimu dan mengomelimu. Maaf. Kini aku rindu akan dirimu. Akan pertengkaran kita dan semuanya.

Bagaimanapun dan di manapun kuharap kau selalu bersemnagat dalam menjalani hidup ini. Ingat hidup tak selamanya mulus, kadang berliku dan berbatu tak segan juga hidup ini penuh dengan onak dan duri. Berhati-hatilah, adikku sayang! Tuntutlah ilmu karena Allah! Semoga Allah selalu menjagamu. Aamiin.

0 comments
Labels: ,

Mengapa Engkau Ciptakan...?

Ya Allah,
Mengapa Engkau ciptakan airmata ini?
Airmata ini tak pernah bisa berhendi menetes.
Ia selalu mengalir, membasahi relung-relung kalbuku.

Ya Allah,
Mengapa Engkau ciptakan hati ini?
Kini, hatiku diiris oleh orang yang tak bertanggung jawab.
Hatiku terluka sangat parah.
Tak bisa diobati lagi ya Allah.
Tak bisa disatukan lagi.
Kini hatiku ibarat barang pecah belah yang telah hancur berkeping-keping.
Retak dan "Pyaaar"

Ya Allah,
Mengapa Engkau ciptakan cinta di dadaku?
Cinta ini telah membuat airmataku terus mengalir dan hatiku terluka sangat dalam, darahnya mengucur deras.

0 comments
Labels: ,

Magnificence of Ramadhan


Di antara duabelas bulan ada satu bulan yang selalu di nanti-nanti kehadirannya, yaitu bulan Ramadhan. Bulan yang penuh berkah, bulan penuh ampunan, bulan yang mulia. Subhanallah. Di bulan Ramadahan orang-orang muslim yang beriman di wajibkan untuk berpuasa, seperti pada QS. Al-Baqarah: 183
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Di bulan Ramadhan terdapat kemulian-kemuliaan dari Allah untuk hamba-hamba-Nya, yaitu “Ketika datang bulan Ramadhan, sungguh telah datang kepadamu bulan yang penuh berkat, diwajibkan atas kamu berpuasa, dalam bulan ini pintu surga dibuka, pintu neraka dititip, setan-setan dibelenggu. Dalam bulan ini ada suatu malam yang nilainya sama dengan seribu bulan, maka barangsiapa diharamkan kebaikannya (tidak beramal baik di dalamnya), sungguh telah diharamkan (tidak mendapat kebaikan di bulan lain seperti bulan ini” (HR. Ahmad dan Baihaqi).

Sungguh Allah Maha Besar dengan segala kekuasaannya apa yang ada di langit dan di bumi. Allah Maha Pemurah dan Penyayang dengan mengaruniakan pada manusia bulan yang mulia, bulan Ramadhan yang di dalamnya terdapat berbagai keutamaan yang dahsyat. Orang-orang yang beriman diwajibkan untuk berpuasa. Sedang menurut penelitian, puasa sangat membantu dalam penjagaan kesehatan. Puasa dapat membersihkan diri. Begitu banyak manfaat yang akan didapat di bulan suci ini.

Di bulan Ramadhan, pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup. Ini menunjukkan betapa Allah SWT sayang pada umatnya yang beriman. Allah SWT memberi kesempatan kepada kita agar beramal sebanyak-banyakknya untuk bekal nanti di negeri akherat. Di dalamnya juga terdapat suatu hari di mana hari itu lebih baik dari seribu bulan (malam Lailatul Qodar) dan yang mendapatkannya akan memperoleh kemuliaan pula.
“Dalam bulan ini (Ramadhan ada malaikat yang selalu menyeru: “Wahai orang yang selalu beramal kebaikan, bergembiralah Anda, dan wahai orang-orang yang berbuat kejelekan, berhentilah (dari perbuatan jahat). Seruan ini terus didengungkan sampai akhir bulan Ramadhan.” (HR. Ahmad dan Nasai).

“Sholat lima waktu, sholat jum’at sampai sholat jum’at berikutnya, puasa Ramadhan sampai puasa Ramadhan berikutnya, adalah menutup dosa-dosa (kecil) yang berbuat di antara keduanya, bila dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim).

“Puasa dan Qur’an itu memintakan syafa’at seseorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa berkata: Wahai Rabbku, aku telah mencegah dia memakan makanan dan menyalurkan syahwatnya pada siang hari, maka berilah aku hak untuk memintakan syafa’at baginya. Dan berkata pula A-Qur’an: Wahai Rabbku, aku telah mencegah dia tidur di malam hari (karena membacaku), maka berilah aku hak untuk memintakan syafa’at baginya. Maka keduanya diberi hak untuk memintakan syafa’at.” (HR. Ahmad, Hadits Hasan).

“Sesungguhnya bagi surga itu ada sebuah pintu yang disebut “Rayyan”. Pada hari kiamat dikatakan: Di mana orang yang puasa (untuk masuk jannah melalui pintu itu)? Jika yang terakhir di antara mereka sudah memasuki pintu itu, maka ditutuplah pintu itu.” (HR. Bukhari-Muslim).
“Barangsiapa puasa Ramadhan karena beriman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu dan yang sekarang.” (HR. Bukhari-Muslim).

Hadits-hadits tersebut menerangka tentang kemuliaan bulan Ramadhan. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang pandai memanfaatkan peluang besar dari Allah SWT ini, mencari ridho-Nya sebanyak-banyaknya.

0 comments
Labels: ,

Ramadhan Keduaku (Versi 1433 H)

Hmm... telah menjadi hukum alam bahwa yang kuat yang akan mampu bertahan. Telah menjadi hukum rimba bahwa yang hebat akan teguh berpengangan. Telah menjadi hukum laut bahwa yang kuat menahan badai adalah mereka yang hebat.

Ramadhanku kali ini...
Izinkan daku berbagi cerita.
Ini masalah hukum alam, hukum rimba, seleksi alam dan mengenai siapa yang kuat. Di Bulan suci ramadhan ini, pada hari pertama banyak dari kita berebut posisi di depan dalam kebaikan, seperti dalam barisan sholat tarowih, tadarus dan sholat wajib lima waktu. Hari pertama shafnya full, bahkan membludak. Mulai hari kedua, shaf mulai berkurang satu. Anehnya justru terjadi di kalangan ikhwan. Kemanakah ikhwan? Apakah sedang mengalami siklus "M" seperti para akhwat?

Mereka yang kuat imannya yang akan mampu bertahan sampai akhir hingga pada kemenangan. Orang-orang yang kuat dan tangguh akan terus berpegang teguh pada cita-cita dan tujuannya. Mereka mulai membuat target hidup, hidup di dunia ataupun hidup di akherat. Orang yang hebat adalah orang yang mampu mengambil peluang dan kesempatan. Sungguh mulia Allah SWT memberika banyak sekali kesempatan pada umatnya untuk meraih ridho-Nya sebanyak-banyaknya. Allah mengaruniakan bulan ramadhan pada umatnya, Allah melipatgandakan pahala orang-orang yang beramal baik pada bulan ini bahkan sampai 700 kali lipat. ALLAHU AKBAR!!!

Namun sayangnya, banyak dari kita terlena. Mereka terlalu sombong untuk berbuat kebaikan. Dirasa selama ini, ia telah mencetak banyak sekali kebaikan. Lalu mereka bermalas-malasan, dan sekarang tertinggal jauh dari kenyataan dan harapan.
Ini kenyataan, bukan sebuah omong kosong.
Coba buktikan saja, siapa saja yang kuat bertahan di bulan ramadhan ini?
Nach, sebaiknya bagi yang merasa kuat, mari kita rapatkan barisan! Kuatkan yang lain juga. Fastabiqul Khoirot. Terdepan dalam kebaikan dan menjadi seorang muslim yang mampu menginspirasi banyak orang.

0 comments
Labels: ,

Ramadhan Pertamaku (Versi 1433 H)

Kubuka lembaran baru dalam diaryku. Penaku seakan tak sabar untuk menari-nari di atasnya mencurahkan segala keluh kesah yang dirasakan.

Awal ramadhan, kuniatkan untuk lebih baik dari ramadhanku yang lalu. Aku bertekad untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Saat ini kurasakan perbedaan yang mencolok, sangat mencolok.

Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan ampunan. Bulan di mana pintu neraka ditutup serapat-rapatnya, pintu surga dibuka selebar-lebarnya dan insan yang beriman pun berlomba-lomba untuk mencari ridho dari Sang Illahi. Begitu juga denganku, aku berusaha berada dalam barisan itu, mengikuti dan menghayati. Namun, ada satu hal yang mengganjal hatiku.

Ketika kumulai membuka lembaran demi lembaran kertas Al-Qur'an, aku teringat akan masa kecilku. Masa kecil yang penuh dengan keceriaan apalagi ketika berada di suasana bulan ramadhan. Waktu di mana kurasakan sebuah kebersamaan dan yang tak bisa kudapatkan saat ini.
Sekarang terlalu banyak perbedaan dan perdebatan hingga membuatku takut. Dahulu, banyak remaja tadarus di masjid depan rumahku hingga larut malam. Mereka tekun, sungguh dan damai. Namun sekarang? Tak kulihat semua itu di sini. Aku kesepian. Hingga kuputuskan tadarus di kamar saja.

Ditambah lagi, TPA yang jalannya hanya sekedarnya saja. Dahulu ketika aku kecil, TPA-nya sangat maju. Bahkan ketika aku masih kelas 3 SD, saya sudah bisa lancar membaca Al-Qur'an. Sekarang? Baca Iqro' satu untuk kelas 6 SD belum tentu bisa. Siapa yang patut dipersalahkan? Anak-anaknya? Orangtuanya? Rismanya? Atau aku sendiri yang salah, yang tak pernah peduli dengan kondisi mereka karena sibuk dengan urusan diri-sendiri? Astaghfirulloh. Lalu harus bagaimana? Sedang aku tak mungin masuk dalam barisan itu, mereka telah menganggapku berbeda. Berbeda pemahaman, hingga menjauhiku. Apakah harus seperti ini? Apakah sebuah perbedaan harus dijadikan alasan? Bukankah untuk mencetak suatu generasi maju dan Islam yang kuat, remajanya harus bersatu, tak peduli ada perbedaan? Toh Indonesia yang beraneka ragam suku bangsa pun bisa bersatu dan bekerja sama.

Ketar-ketir hatiku merenungi dan memikirkan semua itu. Jangan-jangan ini salahku sendiri. Titik-titik bening, kini telah membanjiri mataku. Apa yang harus aku lakukan untuk memulai perubahan yang lebih baik?

Semoga ramadhan kali ini menjadi titik tolakku untuk memulai semua.
Selamat menunaikan ibadah puasa!
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh!

0 comments
Labels: , , ,

Kusambut dengan Ceria Ramadhanku Kali Ini

Alhamdulillah, tak terasa setahun telah berlalu. Ramadhan yang dulu tergantikan dengan ramadhan yang akan datang. Bulan suci yang selalu dinanti-nantikan kedatangannya. Subhanallah. Air mataku menitik ketika kuteringat ramadhanku waktu dulu. Sungguh kuniatkan dalam hati, ramadhan kali ini harus lebih baik dari ramadhanku yang dulu.

Hai, sobat semua... Dalam rangka memyambut bulan ramadhan yang penuh berkah (sesuai janji Allah), kemarin, pada tanggal 18 Juli 2012 JN UKMI UNS bersama adik-adik TPA dusbin  SKI-SKI Fakultas mengadakan pawai lho di sepanjang belakang UNS, Ngoresan, Jebres.

Terlihat pancaran ceria nan polos di raut wajah mereka yang masih kecil mungil. Semangatnya bergelora. Langkah kakinya yang pendek namun kuat menapak untuk menyambut ramadhan yang indah. Sorak-sorai dikumandangkan. Mereka membagikan selebaran waktu maghrib dan imsyakiyah pada warga setempat. Walau menempuh jarak panjang namun tak meyurutkan bara semangat di dada mereka. Subhanallah sekali semangat dan niatmu adik-adikku. Tetep istiqomah selalu di jalan Allah ya! Puasa yang rajin dan sungguh karena Allah.

Fight!
Ganbatte!





0 comments
Labels: , ,

Hati-hati dengan Kata "Nanti"



Oleh Novitasari Mustaqimatul Haliyah
Hal yang dapat membantai kita dan membunuh kita adalah perbuatan menunda-nunda. Kegiatan menunda-nunda akan mematikan eksistensi kita.
Ada sebuah kisah tentang seorang pemuda yang ingin menghafalkan Al-Qur’an, namun ia tak segera melaksanakannya. Salah seorang sahabat karibnya menanyakan soal hal ini, “Kenapa kamu tidak menghafalkannya sekarang?”
Pemuda itu menjawab dengan entengnya, “Nanti akan saya hafalkan, insya’allah.”
Ketika musim sekolah ia berkata, “Saya sedang sibuk, banyak sekali tugas. Saya tidak mungkin menghafalkannya sekarang. Nanti sajalah.”
Beberapa waktu berlalu dan tibalah musim liburan, lalu pemuda itu berkata lagi, “Saya akan pergi piknik dengan keluarga. Saya ingin menghilangkan penat, bukankah jiwa juga perlu diistirahatkan agar tidak stress?”
Lalu ketika musim sekolah kembali datang, ia beralasan lagi dan lagi, “Sekarang sedang banyak ulangan, saya tidak mungkin menghafalkannya untuk saat ini, pasti nanti saya akan menghafalkannya.”
Sampai kapanpun pemuda itu tidak akan pernah bisa menghafalkan Al-Qur’an hanya gara-gara kata “nanti” dan “nanti”.
Astagfirulloh. Manusia pekerjaannya hanya menunda-nunda waktu saja. “Nanti” adalah sebuah kata yang sangat mematikan. “Nanti” adalah kata-kata yang penuh dengan alasan. Pada akhirnya kata “Nanti” tidak akan membuahkan hasil. Nihil. Nol besar.
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Ada dua nikmat yang kebanyakan orang tertipu karenanya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Hadits tersebut terbukti kebenarannya. Banyak di antara kita terlena dengan nikmat sehat yang diberikan Allah SWT kepada kita, terlebih kesehatan itu diselingi dengan waktu luang. Kebanyakan pemuda era modern sekarang ini menggunakan waktu luang dengan hal-hal yang negatif. Hal itu selalu disertai sebuah alasan, “Aku masih muda, umurku masih panjang. Boleh dong berfoya-foya dan berhura-hura?”
Padahal pada hari kiamat nanti akan ditanya tentang umurnya dihabiskan, seperti hadits Rasulullah, “Pada hari kiamat, kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser, sebelum ia ditanyai: tentang umur, untuk apa dihabiskan; tentang ilmu, untuk apa ia gunakan; tentang harta, dari mana ia peroleh dan untuk apa ia belanjakan; dan tentang badannya, untuk apa ia gunakan.” (HR. At-Tirmidzi)
Jadi, selagi masih muda sebaiknya menggunakan waktu semaksimal mungkin untuk berkarya. Menunda-nunda waktu adalah kegiatan yang tidak baik. Bahkan Allah SWT bersumpah demi waktu di dalam Al-Qur’an beberapa kali. Allah SWT sangat menghargai waktu, begitu pula Rasul-Nya beserta sahabat-sahabat beliau.

0 comments
Labels: , ,

Teamwork Makes The Dream Work


“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seolah-olah mereka adalah bangunan yang tersusun kokoh.”(QS. Ash Shaff 61:4).
Ayat Al-Quran itu menerangkan tentang urgensi dari amal jama’i atau lebih keren disebut teamwork. Allah juga lebih mencintai orang-orang yang berjalan di jalan-Nya dengan bersama-sama kan dibanding dengan orang yang berjalan sendiri-sendiri? Karena apa? Emm, dalam hadits Muttafaq ‘alaih, orang mu’min yang satu dengan orang mu’min lainnya adalah seperti bangunan yang saling memperekat. Sekarang, coba analogikan dengan batu bata. Sebuah batu bata akan tetap lemah, betapapun matangnya batu bata itu dibuat dan ribuan batu bata yang berserakan tidak akan pernah kuat kecuali telah menjadi sebuah dinding yang direkatkan dengan semen. Hal ini menjadi penting, mengingat dakwah Islam perlu kekuatan ekstra dan kekuatan super. Dakwah akan terasa sangat garing, berat dan sulit apabila dilakukan secara mandiri atau individual tanpa ada kekuatan lain yang mendukung. Sayyidina Ali juga pernah berkata,”Kejahatan yang terstruktur bisa mengalahkan kebenaran yang tidak terstruktur, meski kebenaran itu benar.”
Jadi, mempunyai sistem organisasi dakwah yang terstruktur sangatlah penting, mengingat di zaman modern ini organisasi kejahatan pun juga telah disusun rapi. Bahkan perampok dan pencopet pun telah mempunyai komunitas yang sudah terstruktur dengan baik dan mereka melaksanakannya dengan baik pula. Kejahatan saja bisa terlaksana dengan sangat rapi dengan rencana (trik) yang sedemikian rupa, harusnya kegiatan dakwah yang positif harus juga punya struktur dan perencanaan yang rapi.
Organisasi dakwah harus punya teamwork yang keren. Setiap kegiatan dakwah hendaknya mempunyai teamwork yang bekerja di masing-masing bidangnya. Dengan kata lain, mendistribusikan pekerjaan sesuai dengan potensi dan kemampuannya. Karena tidak akan ada manusia yang sempurna yang bisa melakukan segalanya dengan perfect. Tak ada gading yang tak retak. Impossible jika dokter ahli kulit mampu menangani pasien yang terkena gagal ginjal, karena itu bukanlah porsinya atau keahliannya. Rasulullah SAW bersabda : “Jika sebuah urusan diberikan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya” (HR Bukhori).
Nach, dari itu semua dapat disimpulkan bahwa teamwork yang terorganisir sangatlah dibutuhkan dan merupakan keharusan untuk keberhasilan dakwah ini. Dengan amal jama’i atau teamwork ini maka seseorang akan lebih kuat. Ketika lemah maka akan ada seseorang yang akan menguatkan kembali. Amal jama’i ini merupakan benteng pertahanan diri dari ancaman kehancuran. Seorang diri bisa saja lenyap, jatuh atau disergap oleh syethan-syethan manusia dan jin. Tetapi jika ia berada di dalam jama’ah maka akan terlindungi. Seperti seekor kambing yang berada di tengah kawanannya. Tidak ada serigala yang berani memangsanya karena perlindungan kawanan itu sendiri. Serigala akan berani memangsanya manakala kambing itu keluar dari kawanannya atau berjalan sendirian. Sekarang, saatnya kita bentuk teamwork dakwah keren yang terorganisir dengan baik. Semangat, fastabiqul khoirot! ^_^


Pernah dimuat di buletin PIJAR JN UKMI 

0 comments
Labels:

Lautan Cemburu

Aku berlayar di lautan cemburu dengan perahu layar yang tak lagi seimbang.
Terpaan angin cinta mengoyak layarku, membawaku pada badai yang menderu.
Bergemuruh.

Kini...
Aku termangu.
Tetesan airmataku tak bisa mengubah lautan menjadi lebih asin.
Maksudku, biar lautan cemburu ini tambah asin hingga aku bisa merasakan sensasi angin cinta lebih banyak lagi.

Bukan bermaksud galau, hanya saja aku mengigau.
Hmm...amnesia kali ya karena kini kuterdampar di tengah gurun.
Bukan gurun sahara, tapi gurun prahara.
Haduuw, aku benar-benar malu dengan diriku sendiri.

1 Juli 2012


1 Juli 2012

0 comments
Labels:

Ketika Hati Terlalu Mencintai


Alkisah ada seorang akhwat yang terlalu mencintai seorang ikhwan. Akhwat itu begitu mencintai ikhwan tersebut. Setiap saat ia selalu memikirkan ikhwan tersebut. Ketika makan, ketika mau tidur, bahkan pas sholat akhwat itu selalu teringat pada ikhwan pujaan hatinya. Pasalnya, si ikhwan dahulu pernah mengucap cinta pada si akhwat, “Ukh, ana ukhibukifillah. Ana ingin menikah denganmu.” Tanpa pikir panjang si akhwat juga membalas, “Ana ukhibukafillah, Akh.” Setahun mereka bercinta-cintaan. Namun, tanpa sebab, tidak ada angin, tidak ada badai, bahkan tidak ada hujan, si akhwat seperti disambar petir. Hatinya meledak-ledak, jangankan menjadi keping-keping atau puing-puing, menjadi debu saja tidak. Hati si akhwat hilang ditelan petir dahsyat. Karena apa? Karena si ikhwan bilang pada si akhwat, “Ukh, afwan. Ana sudah tidak mencintaimu lagi. Lupakan janji-janjiku dulu untuk menikahimu. Aku sudah mencintai orang lain. Afwan.”
Bayangkan, ketika hatimu telah terpaut pada seseorang, ketika engkau terlalu mencintai seseorang dan orang itu telah menyatakan cintanya padamu lalu tiba-tiba orang itu mengeluarkan pernyataan bahwa dia telah mencintai orang lain? Apa yang bakalan kau perbuat? Pastinya engkau akan menangis, hatimu akan begitu terluka, terluka, dan terluka sangat dalam, sedalam-dalamnya. Lalu bagaimana kisah selanjutnya?
Selang beberapa bulan, si akhwat berlagak menerima keputusan itu di hadapan si ikhwan. “Ukh, afwan ya aku sudah melukai hatimu.” Si akhwat membalas dengan sok tegar, padahal hatinya meronta, matanya sembab oleh airmata, “Iya, tak mengapa. Memangnya siapa sich, akhwat itu, Akh?” Si ikhwan membalas dengan entengnya, “Sungguh, Ukh saat ini ana tidak mencintai seorang wanita pun kecuali ibuku.” Otomatis, si akhwat mulai berharap lagi pada si ikhwan. Hatinya sedikit terobati.
Suatu ketika, saat si akhwat ingin mengerjakan sebuah tugas, ia terpaksa meminjam laptop si ikhwan tersebut. Mungkin karena merasa bersalah juga, si ikhwan meminjamkan laptopnya pada si akhwat. Si akhwat menggunakannya untuk mendownload materi tugasnya, saat dibuka folder download ternyata ada  5 foto akhwat yang salah satu dari akhwat itu, ia kenal. Hati si akhwat mulai terbakar lagi, petir menyambar-nyambar lagi, rasa cemburu bergejolak lagi. Lalu si akhwat menanyakan hal ini pada si ikhwan, “Akh, pacarmu kok banyak banget? Lima akhwat. Woww.” Ikhwan itu sok tidak tahu, “Afwan, maksudnya apa ya? Ana tidak punya pacar.” Si akhwat pun menimpali, “Afwan, Akh. Tidak sengaja saya tadi membuka folder download, eh ternyata ada foto lima akhwat hasil downloadan juga. Cieee.” Si ikhwan mulai mengeles, “Ana hanya kagum dengan kecantikan mereka, Ukh. Sungguh tidak ada perasaan apa-apa.”
Gedubrak! “Ana hanya kagum dengan kecantikan mereka, Ukh.”
Visual. Ya, visual, pandangan memang rangsangan bagi seorang laki-laki. Laki-laki suka dengan kecantikan, apalagi wanita cantik, mereka pasti tergoda. Kecantikan kadang bisa menjerumuskan dan membuat banyak fitnah. Tapi bukan berarti, kita tidak boleh berpenampilan cantik.
Lanjuuuut!
Beberapa waktu yang lalu ikhwan itu bilang pada si akhwat, “Sungguh, Ukh saat ini ana tidak mencintai seorang wanita pun kecuali ibuku.” Tapi nyatanya? Ternyata pada waktu si akhwat lelah mengerjakan tugas, ia berniat menghibur diri dengan membuka situs jejaring sosial-facebook. Eh, malah facebook si ikhwan yang terbuka. Hati si akhwat mulai ketar-ketir lagi, hancur lebur lagi. Ia membaca dialog si ikhwan dengan seorang akhwat (salah satu dari lima foto akhwat tadi). Tak dikira, si ikhwan itu saking kagumnya dengan kecantikan si akhwat yang difoto, si ikhwan mengajak kenalan, mengajak kajian, meminta nomor handphone, dan mulai mendekati si akhwat yang difoto tadi.
Si akhwat menangis tersedu-sedu, hatinya tercabik-cabik oleh perasaan cinta yang menggebu, ia benar-benar sangat cemburu. Si akhwat serasa ditampar dengan sangat keras hingga ia harus terbangun dari tidur panjangnya yang melenakan. Ia terjaga, tersadar bahwa tak sepantasnya terlalu mencintai si ikhwan. Mulai saat itu, ia berusaha memanaj hatinya. Memang ia tak bisa melupakan si ikhwan, tak bisa berhenti mencintai si ikhwan walau hatinya telah hancur. Namun paling tidak saat ia terlalu mencintai ikhwan itu, ia ingat semua keburukannya. Ya, saat kita terlalu mencintai seseorang maka ingatlah keburukan orang itu segera agar engkau tidak terlena.
Kisah ini merupakan tamparan bagi semua akhwat. Kala cinta datang menggoda dan mulai mengetuk pintu hatimu, maka berhati-hatilah! Simpan saja cinta itu agar tidak merusak segalanya! Biarkan dirimu dan Allah yang tahu.

4 comments
Labels:

Muslimah Wajib Dandan!

Assalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh

Hai, para muslimah yang dirahmati oleh Allah SWT. Kedip-kedipan dulu, yuuuk! Hehe...pamer bulu mata yang lentik yeee...?
Wahai muslimah, sejatinya kita adalah seorang perempuan. Seorang perempuan dengan segala kelebihan dan kelemahan. Pada hakikatnya, seorang perempuan diciptakan menjadi sosok yang cantik. Namun tak selamanya wanita cantik itu cantik. (Lhoh? Maksudnya apa yach? Cantik kok gak cantik?). Sabar-sabar! Banyak sebabnya perempuan cantik itu bisa cantik. Karena make upnya? Operasi plastik seperti artis-artis Korea? (Oops, afwan ya bagi fansnya artis-artis Korea). Bisa-bisa. Cantik bisa diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya dengan berdandan. Yups, berdandan atau lebih sering disebut bersolek mempercantik diri.

Tahu tidak muslimah cara berdandan yang baik? Belum tahu, yach? Ok, nanti kita akan kupas bersama-sama, namun sebelum itu kita akan membahas bab kecantikan bukan bab berdandan. Kecantikan itu ada dua jenis, yaitu kecantikan fisik dan kecantikan hati yang lebih disebut inner beauty. Nach, sebagai seorang muslimah tentunya paham masalah-masalah seperti ini. Cantik fisik boleh namun yang lebih penting adalah cantik ruhiyahnya, eh fikriyah juga ding. 

Tubuh kita dan segala macam potensi kecantikan yang kita miliki merupakan anugerah dari Allah, selain itu juga merupakan amanah dan barang titipan. Maka dari itu, kita wajib menjaganya dengan baik. Kecantikan itu harus dirawat dan diperhatikan kesegarannya. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berdandan, berpenampilan bersih dan menarik. Rasulullah pun menjadi tauladan dalam hal ini. Diriwayatkan oleh Makhul, berdasarkan cerita dari Aisyah, "Beberapa orang dari shahabat Rasulullah pernah menunggu beliau di depan pintu. Lalu beliau keluar menemui mereka, sedang di dalam rumahnya terdapat bejana yang berisi air. Sebelum menemui mereka, beliau bercermin ke air tersebut dan merapikan jenggot dan rambutnya." Aisyah melanjutkan ceritanya, lalu aku bertanya,' Wahai Rasulullah, apakah engkau juga melakukan hal seperti itu?' Beliau menjawab, 'Benar, apabila seseorang akan keluar mendatangi saudaranya, maka hendaklah ia mempersiapkan diri, karena sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan."

Bahkan Rasulullah menganggap berpenampilan menawan merupakan pengejawantahan atas nikmat yang diberikan Allah," Sesungguhnya Allah senang melihat atsar (pengaruh) nikmat-Nya yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya." (HR At-Tirmidzi dan Al-Hakim).

Namun, bukan berarti Islam membolehkan berdandan yang berlebih-lebihan dan bertabbaruj. Islam membolehkan berdandan tapi harus tahu batasan syar'i. Batasan syar'i dalam berhias atau berdandan, yaitu menutup aurat, tidak menyerupai orang-orang kafir, tidak berdandan seperti laki-laki, tidak memakai wangi-wangian ketika keluar rumah sehingga dapat tercium oleh lawan jenis dan dapat membangkitkan rasa ketertarikan. seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah tadi, kita sebagai muslimah harus selalu berpenampilan rapi, karena seorang muslimah juga mengemban dakwah. Ingat, dakwah bukan hanya secara lisan tetapi juga lewat perbuatan dan penampilan.

Eh, dari tadi kita menyinggung masalah fisik terus, ya? Gimana kalau sekarang kita membahas masalah kecantikan hati? Itu lho inner beauty. Ada pepatah berkata, "Beauty is not in the face but a light in the heart." Kecantikan semacam ini adalah kecantikan yang hakiki, kecantikan sejati yang selalu dinanti-nanti. Daya tarik fisik mungkin bisa meluluhkan hati seorang laki-laki, namun daya tarik cahaya hati wooww dahsyat. Kecantikan fisik bisa lengkang oleh waktu, namun kecantikan hati? Insya'allah abadi.

Bagaimana muslimah? Mau kecantikan yang mana? Kecantikan fisik atau kecantikan hati? (Aku mau dua-duanyaaaaaa :D ). Siipt, pilihan yang tepat.

"Wanita adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah." (Hadits)

Cara berdandan:
Berdasarkan hadits di atas, bahwa sebaik-baik perhiasan adalah wanita sahalihah maka untuk meraih kecantikan harus menjadi wanita yang shalihah, yaaach minimal berusaha menjadi wanita yang shalihah lah. Wajib dandan yach sekarang! Dandani akhlaq, dandani hati!

Semangat ya wahai muslimah!
Lipstiki bibirmu dengan dzikrulloh.
Bedaki wajahmu dengan wudhu.
Kalungi lehermu dengan keimanan dan ketaqwaan.
Balut tubuhmu dengan pakaian ketaqwaan.
Hiasi dirimu dengan akhlaq Al-Qur'an dan Sunnah.

Wassalamu'alaukum Warahmatullohi Wabarakatuh

3 comments

???

Dalam remang kutersandar dalam lelehan angin yang sempat membeku.
Mengalir merasuk dalam telinga yang berdebu.
Tak sempat merasakan sayup-sayup begenderang.
Namun, tahta awan semakin bergejolak di singgasananya hingga angin tak sanggup mengutarakan apa yang dirasakan saat ini.

Dalam remang kutersandar dalam lelehan rembulan yang benderang.
Cahyanya berpendar-pendar bak kunang-kunang.
Namun, bola mataku tak mampu menangkap terangnya sinar itu. Terlalu benderang, sangat menyilaukan.

Dalam remang kutersandar di bebatuan tua.
Terlihat di sana sosok mutiara
mempesona
Jantungku berdetak lebih kencang...

Aku tak mampu menahan...

0 comments
 
Lautan Tintaku © 2012 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters