Labels:

Episode Menjaga Hati

Mataku terkesiap. Terbelalak dan jantungku berdetak cepat seperti roket yang hendak meluncur ke angkasa raya. Aku terduduk, terpaku, mengingat-ingat apa yang telah terjadi tadi malam dan apa yang telah terjadi di masa lalu. Hmmm,,, kucoba hembuskan nafas sejenak agar jantungku berdecak normal.

Neuron-neuron dalam otakku kini mulai bekerja, membongkar CPU-CPU yang berisi data-data memori. Ketika mataku memejam sepersekian detik, terlihat sosok itu. Sosok yang mengantuiku tiap malam-malamku. Sosok yang selalu hadir dalam tahta mimpiku, di sebuah negeri rahasia yang kuciptakan sendiri.

Monitorku mulai bekerja, menampilkan segalanya yang kubutuhkan, semua kenangan tentangnya. Kenangan itu membuat darahku mengucur deras ke seluruh tubuhku, lebih kencang dan nadiku pun bekerja ekstra kuat. Kenangan yang membuat otot-otot wajahku menarik-narik bagian bibirku agar lesung pipitku nampak.

Layar 1
Sebuah episode ketika aku bersua dengannya pertama kali. Pada sebuah acara promosi UKM  ketika aku masih menjadi mahasiswa baru. Dia mengagetkanku dengan aksinya yang energik. Aku tertarik, namun kala itu hatiku masih terisi orang lain.

Layar 2
Ini sebuah episode yang membuat perutku terasa digelitiki. Kita berada dalam satu forum akbar di puncak gunung. Kau mengucap istighfar ketika melihatku dan kau langsung berlari seperti melihat hantu.

Layar 3
Saat aku berjalan berdua bersama sahabatku di boelvard, dengan riang aku tersenyum dan kau menundukkan pandangan. Sebuah episode yang membuatku malu. Engkau mampu menjaga pandanganmu sedang aku tidak. Kau melaksanakan perintah Tuhanmu, QS An-Nur 30


"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".  

     


Layar 4
Kau menjadi salah satu trainer di fakultasku. Aku dan sahabatku salting dan aku mulai mengakui bahwa diri ini kagum.

Layar 5
Kalau tidak salah hari itu tanggal 23 Januari, hari pertama aku berbicara padamu di pagi hari yang indah. Ketika itu kau selesai lari pagi dan melihatku, kau membukakan pintu itu untukku. Kau tahu? Aku bergetar.

Layar 6
Pertemuan selanjutnya... Kita selalu pas-pasan di perpustakaan. Kau ingat?

Layar 7 dan 8
Kau hadir mengisi sebuah acara yang aku adakan... dan dadaku semakin malu. Seketika itu juga aku menyadari bahwa tidak hanya aku yang tersipu malu dan mengagumimu. Semua yang berada di sekitarku juga begitu, bahkan lebih menggebu. Nyaliku menciut dan mulai bungkam.

Layar 9 dan selanjutnya...
Aku malu karena kau selalu hadir dalam mimpiku. Aku ingin menjaga hatiku tapi tak tahu kenapa kau semakin mendekat, dan selalu hadir dalam setiap malamku menghantuiku, lagi lagi dan lagi.
Kumohon jangan lagi. Aku ingin menjaga hatiku.

Semakin bayang-bayangmu datang, aku semakin sadar betapa berharganya menjaga sebuah hati yang bersih agar tidak ternoda. Aku tidak menyebut ini sebagai rasa cinta atau suka. Biarlah, aku pun tidak mengerti. Kugenggam erat hatiku, kusembunyikan serapat-rapatnya agar tidak ada satu debupun yang menempel, namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah benda yang disimpan rapat-rapat di dalam lemari dengan dibungkus plastik saja juga masih bisa ternoda apalagi hatiku?

Meski telah dibersihkan tetap saja debu-debu itu beterbangan dan menempel. Namun meski begitu tak kan kubiarkan hatiku kotor. Itu adalah satu pelajaran di mana aku mulai menyukai dan mencintai sesuatu.


2 comments:

Anonymous said...

Super sekali...kalimat yang lahir dalam hati....tetap jaga diri aja.....kembangkan terus....moga jadi penulis yang baik.....jangan lupa dishare ilmu tentang cara menulisnya ya...

Novitasari Mustaqimatul Haliyah_DanZ said...

Terima kasih

 
Lautan Tintaku © 2012 | Designed by Canvas Art, in collaboration with Business Listings , Radio stations and Corporate Office Headquarters